Aktual

Berita terkini di PresUniv


Tanggal Post: 26 Nov 2021

Menurut Disaster Monitoring and Response System (DMRS) dan The ASEAN Disaster Information Network (ADINET), Indonesia belum memiliki data tentang warisan budaya yang terancam bahaya di berbagai wilayah. Temuan DMRS dan ADINET tersebut diungkap oleh Dr. Jeanne Francoise, dosen Program Studi Hubungan Internasional, President University (PresUniv), dalam 16th APRU Multi-Hazards Symposium 2021, Rabu (24/11), yang digelar oleh Pusat Pengurangan Risiko Bencana, Universitas Indonesia, bekerja sama dengan Association of Pacific Rim Universities (APRU).

Pada simposium ini, Jeanne mempresentasikan makalah berjudul Pelestarian Cagar Budaya dalam Menghadapi Ancaman Banjir di Jakarta yang ditulisnya bersama Yuniarti Wahyuningtyas, S.Sos., M.Si.Han, peneliti warisan budaya dan manajemen bencana dari U-Inspire Indonesia. Menurut Jeanne, beberapa peninggalan pertahanan Indonesia, seperti situs, bangunan, dan museum yang berada di Jakarta Utara harus segera dilestarikan. “Ini karena Jakarta Utara adalah wilayah yang paling terdampak setiap kali terjadi banjir di Jakarta,” ujarnya.

Dalam simposium ini, Jeanne menyampaikan beberapa rekomendasi. Pertama, memperkuat inter sectoral collaboration antara stakeholders serta peningkatan kapasitas dalam pengurangan risiko bencana dan warisan budaya. Kedua, pemerintah harus lebih banyak melakukan penelitian tentang warisan budaya dan penanggulangan bencana, termasuk membangun perlindungan warisan budaya, khususnya di daerah rawan banjir di Jakarta. Lalu, penghitungan kembali cagar budaya di tingkat nasional dan lokal. Terakhir, memulai digitalisasi warisan budaya untuk daerah yang paling rawan. (Gilang Suryanata, tim PR. Foto: Jeanne Francoise.)