Feature


Tanggal Post: 19 Okt 2023

Banjir masih menjadi masalah serius bagi banyak kota di Indonesia. Bahkan, di dunia. Berbagai media melaporkan, banjir yang terjadi pada akhir September 2023 itu melumpuhkan Kota New York di Amerika Serikat. Jaringan kereta bawah tanah tidak bisa beroperasi karena rel terendam. Begitu pula Bandara John F. Kennedy di kota itu tidak bisa beroperasi karena landasannya tergenang.

Banjir bukan hanya berdampak sosial, tetapi juga bisnis. Ketika banjir besar melanda Jakarta pada Februari 2020, banyak rumah dan harta benda lainnya yang rusak akibat terendam air. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, akibat banjir sekira 187.000 orang harus mengungsi ke berbagai tempat. Menurut taksiran Institute for Development of Economics and Finance, kerugian akibat banjir diperkirakan mencapai Rp10 triliun.

Kondisi itulah yang membuat Bogard Royal Sancho Pangaribuan, Jalu Wening Wangsanagara dan Albi Alghiffari, mereka adalah mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Mesin, Fakultas Teknik, President University (Presuniv), prihatin dan sekaligus tertantang. Menurut ketiganya, jika masyarakat mengetahui lebih dini akan datangnya banjir, mereka tentu bisa lebih sigap mengantisipasi, sehingga potensi kerugian bisa ditekan seminimal mungkin.

Berbasis IoT

Maka, untuk mewujudkan gagasan tersebut, Bogard, Jalu dan Albi mulai dengan melakukan pengamatan. Bogard bercerita, “Kami mulai dengan mengobservasi wilayah sekitar tempat kami tinggal. Ide kami adalah mengembangkan aplikasi yang membuat masyarakat bisa mendapatkan informasi lebih awal sebelum terjadi banjir.” Gagasan itu kemudian mereka diskusikan dengan dosen Prodi Teknik Mesin, Dr.Eng. Ir. Rudi Suhradi Rahmat, M.Eng.

Hasilnya? Mereka pun sepakat untuk membuat sistem peringatan dini yang berbasis Internet of Things atau IoT. Persisnya, mereka membuat aplikasi Perancangan Sistem Peringatan Dini Banjir Berbasis IOT ban Pengendali Gerbang Bendungan Otomatis.

Aplikasi ini bekerja dengan beberapa perangkat. Misalnya, ada sensor ultrasonik untuk mengukur ketinggian permukaan air secara real time. Lalu, ada juga mikrokontroler esp8266 untuk menghubungkan hasil sensor ke aplikasi web dan database MySQL. Kemudian ada motor servo untuk mengendalikan pintu bendungan secara otomatis. Intinya, Bogard dan kawan-kawan membuat prototipe berbasis IoT untuk mengintegrasikan ke website.

Cara kerja aplikasi ini sederhana. Hasil pemantauan tinggi permukaan air oleh sensor ultrasonik dikirimkan melalui aplikasi ke website pemantau. Masyarakat secara real time bisa memantau langsung dengan mengakses website tersebut.

Jika permukaan air terus naik, informasi tersebut akan diteruskan oleh aplikasi ke motor servo. Motor inilah yang kemudian bekerja untuk mengendalikan pintu air dengan sistem buka tutup.

Masyarakat yang mengakses website bisa memperoleh informasi tentang tinggi permukaan air. Berdasarkan informasi tersebut, masyarakat bisa bersiap-siap menghadapi banjir. Mereka bisa menaikkan barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi, atau memindahkan kendaraan bermotornya ke tempat yang tidak terkena banjir, dan lainnya. Dengan cara seperti itu, kerugian yang terjadi akibat barang-barang rusak karena banjir dapat diminimalkan.

Meski begitu banyak kendala yang dihadapi tim mahasiswa Prodi Teknik Mesin ketika memgembangkan aplikasi ini. Misalnya, mereka harus berulangkali melakukan penyesuaian desain alat dan uji coba. Ketika uji coba, kami beberapa kali mengalami kegagalan. Penyebabnya, antara lain, komponen yang tidak berfungsi dengan baik. Namun, kendala tersebut tidak membuat mereka berhenti.

Seleksi yang Ketat

Bogard, Jalu dan Albi kemudian sepakat untuk mengikutsertakan gagasan mereka dalam ajang Lomba Nasional Tahunan Rancang Bangun Mesin (LNT-RBM) 2023. Kali ini LNT-RBM sudah memasuki tahun ke-12. LNT-RBM adalah ajang kompetisi yang diselenggarakan oleh Badan Kerja Sama Teknik Mesin (BKS-TM) Indonesia dan diperuntukan bagi mahasiswa program sarjana Teknik Mesin se-Indonesia. Pada tahun 2023, LNT-RBM diselenggarakan di Universitas Pasundan, Bandung dan mengusung tema Alat Bantu Kebencanaan.

Ajang LNT-RBM XII dimulai sejak Mei 2023. Pada tahap awal, seluruh peserta diminta untuk mengirimkan proposal rancangan desain alatnya. Bogard bercerita, “Ketika itu ada 105 proposal yang dikirimkan oleh para peserta dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia.” Jadi, persaingannya sangat ketat. Seluruh proposal tersebut kemudian diseleksi oleh tim juri, sehingga hanya tersisa 14 finalis proposal.

Seluruh finalis tersebut kemudian diundang untuk mempresentasikan proposalnya di Hotel Aryaduta, Bandung, pada Kamis, 5 Oktober 2023. Ada sejumlah kriteria yang menjadi bahan evaluasi dewan juri. Beberapa di antaranya, orisinalitas, detail desainnya, kemampuan mereka untuk memberikan penjelasan pada saat presentasi, dan sejauh mana penerapan pengetahuan teknik mesin dalam rancangan mereka.

Hasilnya, Bogard, Jalu dan Albi berhasil memenangkan lomba tersebut untuk kategori Best Utilization of Mechanical Engineering Knowledge. Kata Albi, “Kami berterima kasih kepada seluruh dosen di Prodi Teknik Mesin yang sudah sangat membantu dalam setiap proses ketika kami mendesaing perangkat dan aplikasi tersebut. Juga, kepada Bapak Rudi Suhradi Rahmat sebagai dosen pembimbing lomba atas segala masukan dan arahan terhadap rancangan ini. Kami juga berterima kasih kepada Prodi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, dan Presuniv yang memberikan dukungan penuh kepada kami dalam mengikuti kegiatan ini.”

Pencapaian Bogard, Jalu dan Albi tentu akan menjadi inspirasi bagi seluruh mahasiswa Presuniv. Mereka mampu melihat masalah dari banjir dan mengubahnya menjadi peluang, dan sekaligus menunjukkan kemampuan dan dedikasi sebagai mahasiswa Prodi Teknik Mesin. (Sarahwati, tim PR. Foto: Bogard Royal Sancho Pangaribuan)