Actual

What's happening in PresUniv


Published: 18 Jun 2020

The practice of physical distancing due to the pandemic has made digital-based learning innovation or e-learning popular. Some studies say e-learning and face-to-face learning are equally effective. In fact, a mixture of e-learning and face-to-face learning is said to outperform classroom instruction learning. Quoting research by Will Thalheimer, PhD., what matters in terms of learning effectiveness is not the learning modality (e-learning or face-to-face learning), but the learning method itself.

Roberto E. Galvez, Corporate Service Director of Gunung Sewu Group who was present at the President University Webinar Series: Business Insights shared his insight on the theme "Lesson in Managing a Corporate Open University" (12/06). He explained the phenomenon of e-learning that now is widely used not only by educational institutions but also by companies to train their employees. Corporate Open University itself is a corporate learning institution that offers its courses primarily (at least 51%) through online learning, notably via Massive Open Online Course (MOOC), or internally developed learning modules. He mentioned that e-learning from various MOOC is currently popular for several reasons, including high credibility because the material comes from well-known universities, affordable costs, and flexible study time.

Even though MOOC is currently very popular, Galvez revealed that based on a study by Katy Jordan (2015), the completion rate in MOOC tends to below. In the practice at the company, Galvez stated, “Unlike classroom training where you have captive learners over two or three days, online learning takes 3-5 hours per week over 4-6 weeks. Sustaining interest is very difficult. So, they attend the first week's class and then drop out.” E-learning requires so much discipline as it is self-paced and self-managed. “The vaunted strengths of e-learning are its weakness,” he added.

For this reason, he and the company where he works, Gunung Sewu Kencana (GSK) formulated special methods to effectively carry out employee training. Some things are learned, first is using blended learning method. It combines effectiveness, opportunities for face-to-face socialization with technology to create an active online learning environment. "We do flipped virtual classroom. They study and get material online, then come to class to discuss it together. There will be expert mentors/facilitators and they will work on the projects together in class," he said.

The next thing that is worth learning is that the company must ensure that the class provided supports the company's overall business strategy. “Design job-relevant assignments that help learners in their work,” Galvez said. Furthermore, the company should organize a session where employees in the training period can present projects/assignments they got in front of the company leaders. On one hand, employees will be happy because their hard work is recognized. On the other hand, leaders get new ideas that can be applied to business strategies. Galvez also mentioned that the moderator/facilitator in the learning process played an important role. For this reason, the selection of the moderator/facilitator must be done properly.

Finally, Galvez reminded the company to always evaluate. Is that learning can be applied well to real work and have an impact on employees and the company. (SL)

 


 

Blended Learning Dinilai Lebih Efektif dalam Menjalankan Konsep Corporate Open University

 


Penerapan physical distancing akibat pandemi telah membuat inovasi pembelajaran berbasis digital atau e-learning populer. Beberapa penelitian menyebutkan e-learning dan pembelajaran tatap muka memiliki tingkat efektivitas yang sama. Bahkan, pembelajaran campuran antara e-learning dan tatap muka disebutkan dapat mengalahkan pembelajaran tatap muka di kelas. Mengutip penelitian oleh Will Thalheimer, P,hD., bukan bentuk yang mempengaruhi keefektivitasan pembelajarannya, melainkan metodenya.

Roberto E. Galvez, Corporate Service Director, Gunung Sewu Group hadir dalam President University Webinar Series: Business Insights membawakan materi dengan tema “Lesson in Managing a Corporate Open University” (12/06). Ia memaparkan fenomena e-learning yang saat ini marak digunakan tidak hanya oleh institusi pendidikan, namun juga perusahaan untuk melatih karyawannya. Istilah Corporate Open University sendiri memiliki arti institusi korporasi yang menawarkan kelas kepada karyawannya terutama melalui pembelajaran online, baik melalui platform Massive Open Online Course (MOOC), atau modul yang dikembangkan secara internal. Ia menyebutkan bahwa e-learning dari berbagai MOOC saat ini sedang digemari karena beberapa alasan, diantaranya kredibilitas yang tinggi karena materi berasal dari universitas ternama, biaya yang terjangkau, serta waktu belajar yang fleksibel.

Meski MOOC saat ini begitu populer, Galvez mengungkapkan bahwa berdasarkan studi oleh Katy Jordan (2015), tingkat penyelesaian kelas dalam MOOC cenderung rendah. Dalam aplikasinya ke perusahaan, Galvez menyebutkan, “Tidak seperti pelajar dalam pelatihan tatap muka yang diadakan 2-3 hari, pemebelajaran online membutuhkan 3-5 jam per minggu selama 4-6 minggu. Mempertahankan minat itu sulit. Jadi, mereka hadir dalam kelas di minggu pertama dan kemudian keluar.” E-learning membutuhkan tingkat kedisiplinan yang tinggi karena sifatnya yang self-paced dan self-managed. “Keunggulan yang online learning banggakan dapat menjadi kelemahannya juga,” tambahnya.

Untuk itu, ia dan perusahaan tempatnya bekerja, Gunung Sewu Kencana (GSK) meramu metode khusus agar dapat melaksanakan pelatihan karyawan dengan efektif. Beberapa hal yang dipelajari, pertama adalah menggunakan metode blended learning, atau pembelajaran campuran. Ia mengkombinasikan keefektifan, peluang sosialisasi dari kelas tatap muka dengan teknologi sehingga dapat menciptakan lingkungan pembelajaran online yang aktif. “Kami melakukan flipped virtual classroom. Mereka belajar dan mendapatkan materi secara online, kemudian datang ke kelas untuk mendiskusikannya bersama. Akan ada mentor/fasilitator yang ahli dan mereka akan mengerjakan proyek bersama di kelas,” ujarnya.

Hal selanjutnya yang patut dipelajari adalah perusahaan harus memastikan bahwa kelas yang diberikan itu mendukung keseluruhan strategi bisnis perusahaan. “Rancanglah tugas yang relevan dan dapat mendukung fungsi karyawan tersebut dalam perusahaan,” tutur Galvez. Selanjutnya, perusahaan mengatur karyawan dalam masa pelatihan agar dapat mempresentasikan proyek/tugas yang didapat di hadapan para pemimpin perusahaan. Di satu sisi, karyawan akan senang karena kerja kerasnya diakui. Di sisi yang lain, para pemimpin mendapatkan ide-ide baru yang dapat diaplikasikan ke dalam strategi bisnis. Galvez juga menyebutkan bahwa moderator/fasilitator dalam proses pembelajaran memainkan peran penting . Untuk itu, pemilihannya harus dilakukan dengan tepat.

Terakhir, Galvez mengingatkan perusahaan untuk selalu melakukan evaluasi. Apakah pembelajaran itu dapat diaplikasikan dengan baik ke pekerjaan sesungguhnya dan membawa dampak bagi karyawan dan perusahaan. (SL)