Actual

What's happening in PresUniv


Published: 07 Jun 2020

The COVID-19 pandemic has a significant impact on the environment, both positively and negatively. Since the social distancing policy was put in place, the level of air pollution has decreased because people have remained more at home and not using any transportation. However, another surprising news has grabbed our attention that a lot of garbage consisting of masks has been discovered on the coast of Hong Kong appeared to the public.

Through an online public lecture entitled "The Air Pollution and Waste Problem after COVID-19", President University's Environmental Engineering lecturer, Filson Maratur Sidjabat, ST., MT., explained more about the effects that a pandemic has on air pollution and waste problems (6/4). "Air pollution and waste problems have a severe effect on our health and immune system," he said.

Observing the air pollution situation, Filson said that the pandemic had a positive impact. Seen in various countries and cities such as India, Milan, Los Angeles, and even in Indonesia, especially Jakarta, air pollution was decreased drastically during the pandemic. Even so, when we are observing the waste problem, the government of various countries face huge challenges. The demand for disposable PPE has led to an increase in demand for disposable plastics. “As lockdown is lifted, we may find our reliance on plastic has increased. For example, when ordering food, there are more plastic packages for hygiene reasons," Filson explained. In addition, the amount of medical waste that is increasing and not being treated properly also takes part in the waste problem. "Maybe we can reduce the use of medical masks. For example, for those of us who are not a medical team, we can use cotton masks," Filson said.

He also mentioned, companies and governments now have an even more urgent responsibility to transition to a circular economy.

Meanwhile, as a graduate of Environmental Engineering, Filson explained that there are two approaches that can be taken to solve environmental problems. "We can see from the engineering point of view, engineering-based on science. It could also be seen in terms of environmental management, namely making regulations or policies," he explained.

Filson revealed, even though air pollution is currently decreasing, when conditions return to normal or we practice a new normal, air pollution will increase even worse if people still do not care and change their lifestyle. For this reason, everyone must take part in solving environmental problems, one of the easiest one to do is to use public transportation and manage waste. (VE/SL)

 


 

Akankah Polusi Udara dan Permasalahan Sampah Berkurang Setelah COVID-19?


Pandemi COVID-19 memberi dampak besar terhadap lingkungan, baik itu secara positif maupun negatif. Sejak diberlakukannya pembatasan sosial, tingkat pencemaran udara berkurang karena masyarakat lebih banyak diam di rumah dan tidak berkendara. Namun, hal mengejutkan lain juga cukup menyita perhatian saat berita tentang ditemukan banyak sekali sampah masker di pesisir pantai Hongkong muncul ke publik.

Melalui kuliah umum online berjudul "The Air Pollution and Waste Problem after COVID-19", dosen Teknik Lingkungan President University, Filson Maratur Sidjabat, S.T., M.T., menjelaskan lebih dalam tentang efek yang pandemi berikan terhadap pencemaran udara dan masalah sampah (4/6). “Polusi udara dan masalah sampah berdampak besar terhadap kesehatan dan sistem imun,” ujarnya.

Dilihat dari permasalahan pencemaran udara, Filson menyebutkan bahwa pandemi telah berdampak positif. Terlihat dari berbagai negara dan kota seperti India, Milan, Los Angeles, dan bahkan di Indonesia khususnya Jakarta, polusi udara berkurang secara drastis selama pandemi. Meski begitu, jika dilihat dari sisi permasalahan sampah, pemerintah dari berbagai negara menghadapi tantangan cukup berat. Permintaan APD sekali pakai telah menimbulkan peningkatan permintaan plastik sekali pakai. “Sementara lockdown dihentikan, kita akan menemukan ketergantungan terhadap plastik meningkat. Misalnya, saat memesan makanan saja, bungkusnya yang adalah plastik akan lebih banyak dengan alasan kebersihan,” jelas Filson. Selain itu, jumlah sampah-sampah medis yang meningkat dan tidak diolah dengan benar juga turut ambil bagian dalam permasalahan sampah. “Mungkin penggunaan masker medis dapat kita kurangi. Contohnya, untuk kita yang bukan tim medis, kita bisa menggunakan masker kain,” tutur Filson.

Ia juga menyebutkan, berbagai perusahaan dan pemerintah negara saat ini terdesak untuk melakukan praktik ekonomi sirkular untuk menghadapi permasalahan lingkungan dan ekonomi saat ini.

Sementara itu, sebagai lulusan Teknik Lingkungan, Filson menjelaskan bahwa ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. “Kita bisa lihat dari sisi tekniknya, rekayasa berdasarkan ilmu sains. Bisa juga dari sisi manajemen lingkungan, yaitu pembuatan regulasi atau kebijakan,” jelasnya.

Filson mengungkapkan, meski saat ini polusi udara berkurang, saat keadaan kembali normal atau new normal, polusi udara akan kembali meningkat bahkan akan lebih parah jika masyarakat masih tetap tidak peduli dan mengubah gaya hidupnya. Untuk itu, setiap orang wajib ambil bagian dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan, salah satunya yang termudah adalah dengan menggunakan angkutan umum dan mengelola sampah. (VE/SL)