Actual

What's happening in PresUniv


Published: 05 Jun 2020

The declining oil supply in the earth and the increasing human population have caused serious environmental problems.

In a public lecture entitled Biomass for Renewable Energy Sources: Challenges and its Potential, Rijal Hakiki, SST., MT., President University's Environmental Engineering lecturer explained that the increasing human population would be followed by an increase in the amount of energy needed to meet their needs. In fact, the current amount of oil supply continues to decline and it is expected to run out in the next few years.

In addition to its depleting availability, the burning of fossil energy sources, both oil and coal that releases carbon dioxide and other harmful substances, has emitted a negative impact on the air and climate. For this reason, a need for alternative energy that is environmentally friendly and sustainable is a top priority.

"The industry is getting bigger, technology is advancing, but there is no awareness from people to reduce or even minimize the use of fossil energy," said Rijal.

He revealed that biomass is one of the choices of renewable energy sources that are very potential to be used in addressing environmental and energy problems. "Actually, biomass is easily found in our daily lives, starting from the waste that we dispose of, even our own body actually is biomass. Unfortunately, the utilization of biomass in Indonesia has yet to reach its peak, despite its large potential and quantity," said Rijal.

Rijal said that in Indonesia itself, the great potential of biomass management as an energy source is indeed shown by the plantation, agriculture, and fisheries areas considering that biomass can be processed from waste from garden, agriculture and fishery products (27/5).

Public awareness of these invisible dangers needs to be increased. Society needs to improve the efficiency of the biomass energy produced in a more modern way by utilizing technology.

Rijal added that the use of biomass requires an appropriate management process. "For example, the garbage that is sent to the final waste management site without any processing procedure, and just is placed directly on the ground. Well, that will not bring out a positive impact but it can be a negative one," he said.

In addition to the process and management techniques that are quite complicated, challenges come from the supply chain or logistics process, where biomass materials need time and transportation to get to the place where it will be processed. Finally, government regulations support and regulate the addition of biomass in the energy source matrix.

Rijal invited the young generation to start doing simple things to support biomass utilization, namely by sorting our own household waste. According to him, this needs to be done because one of the inhibitors of the biomass conversion process is the heat that should be used for biomass decomposition mostly is absorbed by the material/substances that cannot be decomposed. (NG/SL)

 


 

Tantangan dan Potensi Pemanfaatan Biomassa sebagai Sumber Energi Baru Terbarukan

 


Semakin menurunnya cadangan minyak bumi dan populasi manusia yang terus meningkat telah memicu permasalahan lingkungan yang cukup serius. 

Dalam kuliah umum bertajuk Biomass for Renewable Energy Sources: Challenges and its Potential, Rijal Hakiki, SST., MT., dosen Teknik Lingkungan President University menjelaskan bahwa peningkatan populasi manusia akan diikuti dengan peningkatan jumlah energi yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhannya. Kenyataannya, jumlah minyak bumi saat ini terus menurun hingga diperkirakan akan habis dalam beberapa tahun ke depan. 

Selain ketersediaannya yang menipis, pembakaran sumber energi fosil, baik itu minyak bumi maupun batu bara yang melepaskan karbon dioksida dan zat-zat berbahaya lain telah berdampak negatif terhadap udara dan iklim. Untuk itu, perlu adanya alternatif energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

“Industri semakin besar, teknologi semakin meningkat, tapi tidak ada kesadaran untuk mengurangi bahkan meminimalisir penggunaan energi fosil’” ujar Rijal.

Ia mengungkapkan biomassa dapat menjadi salah satu pilihan sumber energi baru terbarukan yang sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam mengatasi permasalahan lingkungan dan energi. “Sebenarnya biomassa itu mudah ditemukan dalam kehidupan kita sehari-hari, mulai dari limbah yang kita buang, bahkan tubuh kita sendiri ini sebenarnya adalah biomassa. Sayang sekali, pemanfaatan biomassa di Indonesia tidak begitu besar, padahal potensi dan jumlahnya sangat besar,” ujar Rijal.

Rijal menyebutkan bahwa di Indonesia sendiri, potensi besar pengelolaan biomassa sebagai sumber energi memang masih ditunjukkan oleh daerah perkebunan, pertanian, dan perikanan mengingat biomassa dapat diolah dari limbah hasil kebun, tani, dan perikanan (27/5). 

Kesadaran masyarakat yang rendah akan bahaya tak terlihat ini perlu ditingkatkan. Masyarakat perlu meningkatkan efesiensi dari energi yang dihasilkan dengan cara yang lebih modern dengan memanfaatkan teknologi.

Rijal menambahkan, pemanfaatan biomassa ini butuh proses pengelolaan yang tepat. “Misalnya sampah yang dikirim ke tempat pengelolaan akhir sampah tanpa diproses, hanya langsung ditimbun di atas tanah. Nah, itu yang ada bukan dampak positif namun dapat negatif,” ujarnya.

Selain proses dan teknis pengelolaannya yang cukup rumit, tantangan datang dari sisi supply chain atau logistiknya, di mana material biomassa butuh waktu dan transportasi untuk dapat sampai ke tempat pengelolaan. Terakhir, adalah regulasi pemerintah dalam mendukung dan mengatur penambahan biomassa dalam matriks sumber energi.

Ia mengajak generasi muda untuk mulai melakukan hal yang sederhana untuk mengawali proses pemanfaatan biomassa, yaitu dengan memilah sampah. Hal ini perlu dilakukan karena menurutnya, salah satu penghambat proses konversi biomassa adalah karena panas yang harusnya digunakan untuk dekomposisi biomassa akan terserap juga oleh material/zat yang tidak dapat terurai. (NG/SL)