What's happening in PresUniv
Being one of the fastest-growing industries in the world, the tourism industry is now experiencing great disruption. Travel restrictions issued by several countries due to the COVID-19 outbreak have left hotel rooms empty and tourist attractions unvisited. Even so, Indonesia with thousands of islands, tribes, and cultures has a great opportunity to survive in the middle and after the pandemic. This was revealed by Suresh Kumar, S.T., M.Sc., the Head of Business Administration study program at President University in the President University Webinar Series 2020: Business Insights in the third episode (20/5).
“We are the fourth largest populated country in the world, with these thousands of people, we have approximately 1340 tribes in Indonesia. If people want to understand these cultures, they can come to Indonesia and the locals can develop another tourism spot. Not to mention we have thousands of islands. There are a lot of flora and fauna that people can not find these in their countries,” Suresh said. Introducing a new way of traveling to tourists with storytelling techniques will be the right step. He explained, “We need to introduce a new way of tourism. Introducing Indonesia based on the local wisdom and creative industry, focusing on the new civilized destinations. If people only know Yogyakarta as the palace of Indonesia, it seems that there are so many other palaces in Indonesia that worth visiting, such as Istana Maimun in North Sumatera and also one in Malang.” Learning from other countries, the current virtual tour trend may be a good option.
After the pandemic, there will be a shifting tourism paradigm. “Safety and health become the first priority for any single tourist now,” Suresh mentioned. For this reason, tourism business owners must pay extra attention to facilities concerning sanitation and hygiene such as a place to wash hands and toilets. Also, the implementation of high procedures of hygiene for all staff and guests need to be done.
Considering the enormous pressure faced during the pandemic, Suresh said two things can happen. First, an increasing number of domestic tourists who desperately need or miss their holidays and preferences of tourists who will choose tourist attractions that bring them to peace, or commonly known as serenity inclination.
Interesting things happen when village tourism will be popular after the pandemic. Suresh said playing with farm animals, plowing the fields with buffaloes, living with indigenous villagers will be a new enjoyment for most people.
He also mentioned that with the working from home policy, there will be a possibility that some companies realize how beneficial it is to let their employees work from home. The company does not need to pay for electricity, building rent or other costs. If the company decides to continue this policy, then there will also be a new trend that arises which is working in remote areas. Rather than working at home, workers will choose to work in tourist attractions that are calming and boost up their mood.
Suresh reminded business owners in the tourism industry to prepare themselves as best they could in facing new trends in the post-pandemic situation. By integrating their business models following this new trend, they are expected to get satisfying results. (SL)
Potensi Pariwisata Indonesia Pasca Pandemi
Menjadi salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia, industri pariwisata kini mengalami tantangan besar. Larangan perjalanan yang dikeluarkan beberapa negara akibat merebaknya COVID-19 telah membuat kamar-kamar hotel kosong dan objek wisata sepi pengunjung. Meski begitu, Indonesia dengan ribuan pulau, suku, dan budaya memiliki peluang besar untuk bertahan di tengah dan pasca pandemi. Hal ini diungkapkan oleh Suresh Kumar, S.T., M.Si., Kepala Program Studi Bisnis Administrasi President University dalam President University Webinar Series 2020: Business Insights di episode yang ketiga (20/5).
“Kita adalah negara keempat dengan populasi terbanyak di dunia, dengan ribuan penduduk, kita memiliki kira-kira 1340 suku di Indonesia. Jika orang-orang ingin mempelajari budaya ini, mereka dapat datang dan masyarakat lokal dapat mengembangkan tempat pariwisata yang baru. Belum lagi kita memiliki ribuan pulau. Ada banyak flora dan fauna yang orang tidak dapat temukan di negara asal mereka," ujar Suresh. Mengenalkan cara berwisata yang baru kepada turis dengan teknik story telling akan menjadi langkah yang tepat. Ia menjelaskan, “Memperkenalkan kearifan lokal dan industri kreatif Indonesia, dengan fokus pada destinasi-destinasi wisata baru yang belum terjamah sebelumnya melalui program-program baru. Jika orang hanya tahu Yogayakarta sebagai tempat istana di Indonesia, tampaknya ada banyak istana lain di Indonesia yang layak dikunjungi, seperti Istana Maimun di Sumatera Utara dan juga istana-istana di Malang.” Belajar dari negara-negara tetangga, tren virtual tour saat ini mungkin dapat menjadi pilihan.
Pasca pandemi, terdapat peralihan paradigma orang berwisata. “Keselematan dan kesehatan akan menjadi prioritas pertama untuk setiap turis saat ini,” sebut Suresh. Untuk itu, pengelola tempat wisata harus memberikan perhatian ekstra kepada fasilitas kebersihan seperti tempat mencuci tangan dan toilet. Serta, menerapkan prosedur kebersihan yang tinggi bagi seluruh staf dan tamu nantinya.
Mengingat begitu banyak tekanan yang dihadapi selama pandemi, Suresh menyebutkan ada dua hal yang akan terjadi. Pertama, peningkatan jumlah turis domestik yang sudah sangat merindukan liburan serta preferensi turis yang akan memilih tempat wisata yang membawa mereka kepada ketenangan, atau biasa dikenal dengan istilah serenity inclination.
Hal menarik akan terjadi saat pariwisata desa (village tourism) akan populer pasca pandemi. Suresh menyebutkan bermain dengan hewan-hewan ternak, membajak sawah bersama kerbau, hidup bersama masyarakat desa adat akan menjadi kenikmatan yang baru.
Ia juga menyebutkan bahwa dengan telah dilaksanakannya praktik working from home, mungkin akan ada beberapa perusahaan yang menyadari betapa bermanfaatnya bekerja dari rumah. Perusahaan tidak perlu membayar listrik, sewa gedung atau biaya lainnya. Jika perusahaan memutuskan untuk melanjutkan praktik working from home ini, maka akan ada pula tren baru yang muncul yaitu working in remote area atau bekerja di daerah terpencil. Dibanding bekerja di rumah, para pekerja akan memilih untuk bekerja di tempat wisata yang menenangkan dan membuat mood mereka baik.
Suresh mengingatkan para pemilik bisnis di industri pariwisata menyiapkan diri sebaik mungkin menghadapi tren baru berwisata pasca pandemi. Dengan mengintegrasikan model bisnis mereka mengikuti tren baru ini, diharapkan mereka dapat mendapatkan hasil yang memuaskan. (SL)
