Published: 03 May 2021

During the Covid-19 Pandemic, the internet has helped a lot in everyday human activities. Entertainment, communication, education, and even trade are now widely practiced in cyberspace. However, without realizing it, crime in cyberspace has also grown along with the increase in traffic. Departing from this concern, the Communication Studies, President University (PresUniv), together with Saling Jaga, held a webinar entitled The Dark Side of Cyber ??from Bullying to Sexual Harassment on Tuesday (27/4). This webinar invited Dr. Vivid F. Argarini, Lecturer and Communication Practitioner, and Gia Raharja, Consultant for Public Sectors, as speakers.

The webinar was opened by Anathasia Citra, S.Sos., M.Sc., Lecturer of Communication Study Program, PresUniv, also the founder of Saling Jaga community in PresUniv. She greeted the Guardians, which is a term for anyone who cares and is not silent when finding out that there is violence or sexual harassment around. Not forgetting, she also conveyed the hashtag from Saling Jaga: "if I am silent, you are the victim, and if you are silent, I am the victim". After that, the webinar was continued with the first session by Dr. Vivid F. Argarini. "Greetings physically and mentally healthy," she opened. She then told how people were very concerned about their physical health but forgot about their mental health. "Everyone asks when we last had a Swab or PCR, but they don't ask when was the last time we had a mental health issue," she said. Vivid emphasized that being physically and mentally healthy is not just a slogan. In addition, she also emphasized the importance of manners in cyberspace nowadays. She asked everyone to think twice about whether the words, photos, or videos shared will hurt others.

However, if we are the victims, then we must have the courage to speak up. "Silence is the same as getting involved in making things worse," she said. She also shared resistance steps that could be taken, such as talking to the closest person, saving evidence or screenshots, blocking the perpetrator's number or account, and reporting to related organizations. Gia Raharja then continued the discussion by describing crimes in cyberspace. He admitted that the sophisticated dissemination of information technology and the widespread use of social media presented new forms of online gender-based violence (KBGO). She revealed that violence often occurs against women, and oftentimes about women's bodies used as the object of pornography. Therefore, Gia emphasized the importance of keeping personal data so it will not be misused. "Protection of privacy in cyberspace is the main key to personal security from various violence or cybercrime," she said. Keep in mind that privacy's right is a basic right that is guaranteed and protected in various legal instruments and constitutions around the world.

 

 

 

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Bahas Kekerasan dan Pelecehan Seksual di Dunia Maya

 

Selama Pandemi Covid-19, internet telah banyak membantu kegiatan manusia sehari-hari. Hiburan, komunikasi, edukasi, hingga perdagangan pun kini banyak dilakukan di dunia maya. Akan tetapi, tanpa disadari, kejahatan di dunia maya pun ikut berkembang seiring meningkatnya lalu lintas di dalamnya. Berangkat dari kekhawatiran ini, Prodi Ilmu Komunikasi, President University (PresUniv) bersama Saling Jaga, menyelenggarakan webinar berjudul The Dark Side of Cyber from Bullying to Sexual Harassment pada Selasa, (27/4). Webinar ini mengundang Dr. Vivid F. Argarini, Dosen dan Praktisi Komunikasi, dan Gia Raharja, Konsultan Badan Publik, sebagai pembicara.

Webinar dibuka oleh Anathasia Citra, S.Sos., M.Si., Dosen Prodi Ilmu Komunikasi, PresUniv, sekaligus pendiri komunitas Saling Jaga di PresUniv. Ia menyapa para Guardian, yaitu sebutan kepada siapapun yang peduli dan tidak diam saat mengetahui ada tindak kekerasan atau pelecehan seksual di sekitarnya. Tidak lupa ia pun menyampaikan hashtag dari Saling Jaga, yaitu kalau aku diam, kamu korban, dan kalau kamu diam, aku korban. Setelah itu webinar dilanjutkan dengan sesi pertama, yaitu oleh Dr. Vivid F. Argarini. “Salam sehat jiwa raga,” bukanya. Ia kemudian menceritakan bagaimana orang-orang sangat memperhatikan kesehatan fisiknya, tetapi lupa dengan kesehatan mentalnya. “Semua orang bertanya kapan kita terakhir Swab atau PCR, tetapi tidak bertanya kapan terakhir kita punya masalah kesehatan mental,” ungkapnya. Vivid menekankan bahwa sehat lahir batin bukan hanya slogan. Selain itu, ia pun menekankan pentingnya tata krama di dunia maya saat ini. Ia meminta semua untuk berfikir berulang kali apakah kata-kata, foto atau video yang akan dibagikan akan menyakiti orang lain.

Akan tetapi, jika kita yang menjadi korban, maka kita harus berani untuk speak up. “Diam sama dengan terlibat memperburuk keadaan,” tegasnya. Ia pun membagikan langkah perlawanan yang dapat dilakukan, seperti berbicara dengan orang terdekat, simpan bukti atau screenshot, blokir nomor atau akun pelaku, dan melapor ke organisasi terkait. Gia Raharja kemudian melanjutkan pembahasan dengan memaparkan mengenai kejahatan dalam dunia maya. Ia mengaku bahwa canggihnya penyebaran teknologi informasi serta populernya penggunaan media sosial telah menghadirkan bentuk-bentuk baru kekerasan berbasis gender online (KBGO). Ia mengungkapkan bahwa kekerasan banyak terjadi kepada perempuan, dan sering kali berhubungan dengan tubuh perempuan yang dijadikan objek pornografi. Oleh sebab itu, Gia menekankan tentang pentingnya menjaga data pribadi agar tidak disalahgunakan. “Perlindungan terhadap privasi di dunia maya adalah kunci utama keamanan diri dari berbagai kekerasan atau kejahatan di dunia maya,” tegasnya. Perlu diingat bahwa hak privasi adalah hak dasar yang dijamin dan dilindungi dalam berbagai instrument hukum dan konstitusi di seluruh dunia.