Actual

What's happening in PresUniv


Published: 17 Oct 2019

The issue of environmental damage has become a world-wide hot potato, including in Indonesia. The environmental damage is caused by the lack of conservation of the environment that can compensate for the advances in science and technology, as well as the rapid industrialization process. This environmental damage is also a major cause of climate change. This was conveyed by Law Enforcement Analyst at the Bekasi Regency Environmental Office Nugraha Syarif Husein, in his conversation with high school students/equivalent in Indonesia during the Eco Brilliant Ideas National Seminar on October 10, 2019.

Husein said, "Although the impact of environmental damage can be felt anywhere, many people are skeptical of the effects of climate change. For example the United States who withdrew from the Paris Agreement during the Trump administration. Although America itself is the second-largest polluter in the world, Trump refuses to acknowledge the existence of climate change itself."

Besides Husein, the EBI national seminar was also attended by Amanda Katili Niode, manager of the Indonesia Climate Reality Project. According to Amanda, climate change has not only affected a portion of the earth's ecosystems but has disrupted the entire earth system.

"When the Earth is exposed to direct solar energy due to an increase in the amount of CO2 in the atmosphere, only a small amount of that energy is reflected. The rest is absorbed by the Earth and causes climate change. When there is a large amount of foreign energy, the balance of the earth system will be disrupted. This is what causes the increase in earth's temperature ", Amanda added.

In their discussions with students, Husein and Amanda claimed that they were relieved to see the young people they met had knowledge and awareness of the urgency to act in the fight against climate change. Especially when more and more scholars and public deny the existence of climate change itself.

Indonesia, with its demographic bonus greatly impacts climate change itself. On the one hand, if young Indonesians are not taught the importance of balancing nature conservation with advances in science and technology, as well as the rapid process of industrialization, this demographic bonus itself will exacerbate climate change. On the other hand, if Indonesia's young population realizes the importance of this, then the creative and innovative ideas of this young population can be a solution for climate change. (CJ/CA)

 


 

EBI Mengajak Pelajar Indonesia untuk Melawan Perubahan Iklim lewat Seminar Nasional

Isu kerusakan lingkungan sudah menjadi buah bibir yang mendunia, tak terkecuali di Indonesia. Kerusakan lingkungan tersebut disebabkan oleh kurangnya konservasi terhadap lingkungan yang dapat mengimbangi kemajuan dalam sains dan teknologi, juga proses industrialisasi yang semakin pesat. Kerusakan lingkungan ini juga merupakan penyebab utama perubahan iklim. Hal ini disampaikan oleh Analis Penegak Hukum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi Nugraha Syarif Husein dalam perbincangannya dengan para pelajar SMA/sederajat se-Indonesia dalam Seminar Nasional Eco Brilliant Ideas pada tanggal 10 Oktober 2019. Husein menambahkan, “Walaupun dampak dari kerusakan lingkungan dapat kita rasakan bersama, tidak sedikit orang yang skeptis terhadap efek perubahan iklim. Sebut saja Amerika yang mundur dari Paris Agreement di masa pemerintahan Trump. Walaupun, Amerika itu sendiri adalah negara penyumbang polusi terbesar kedua sedunia, Trump menolak untuk mengakui keberadaan dari perubahan iklim itu sendiri.”

Selain Husein, seminar nasional EBI juga dihadiri oleh Amanda Katili Niode, manajer Climate Reality Project Indonesia. Menurut Amanda, perubahan iklim bukan hanya berdampak pada sebagian ekosistem bumi saja, melainkan sudah menggangu seluruh sistem bumi.

“Saat bumi terkena paparan energi matahari langsung akibat bertambahnya jumlah CO2 di atmosfer, yang dipantulkan hanyalah sedikit dari keseluruhan energi tersebut. Sisanya diserap oleh bumi dan mengakibatkan perubahan iklim. Ketika ada energi asing yang besar jumlahnya, keseimbangan sistem bumi akan terganggu. Hal ini lah yang menyebabkan peningkatan suhu bumi", tambah Amanda.

Dalam diskusinya dengan para pelajar, Husein dan Amanda mengaku merasa lega karena anak-anak muda yang mereka temui memiliki pengetahuan dan kesadaran akan adanya urgensi untuk bertindak dalam melawan perubahan iklim. Apalagi dalam kondisi semakin banyaknya cendekiawan maupun awam yang menyangkal eksistensi dari perubahan iklim itu sendiri.

Indonesia yang memiliki bonus demografi sangat berdampak pada perubahan iklim itu sendiri. Di satu sisi jika penduduk muda Indonesia tidak diajarkan akan pentingnya menyeimbangkan antara konservasi alam dengan kemajuan sains dan teknologi, juga pesatnya proses industrialisasi, bonus demogafi ini sendiri akan memperburuk perubahan iklim. Di sisi lain, jika penduduk muda Indonesia menyadari pentingnya hal tersebut maka ide-ide kreatif dan inovatif penduduk muda ini bisa menjadi solusi bagi perubahan iklim. (CJ/CA)