I was invited by my best friend to join what so called-an 'elite' social media platform, Clubhouse. Now, this newest social media platform is viral. Become a topic of discussion for netizens, both in Indonesia and internationally. There are already more than 10 million iPhone users who have downloaded it, according to influencermarketinghub.com.
Clubhouse is an audio-only social networking app that recently seen as the embodiment of Silicon Valley's obsession with introducing its lifestyle: exclusive, limited, and filled with FOMO (Fear of Missing Out) nuances. In this pandemic condition like now, FOMO or the fear of being left behind thickens. Everyone wants to be directly involved in every digital phenomenon that occurs. Whether in the form of reaction content, dancing videos, or just a short commentary (voi.id).
Alright, back to my story for being in a platform for about couple weeks, feels like listening to podcast without any replay or pause button. The number of information shared by the speakers was unlimited. From start-up industry, crypto currency until mental health topics. All available. And, most of the time it also feels like 24/7 talking-LinkedIn. Like a self-promotion, lecturing seminars, and the professional conferences. I am not the first to say this, but it felt like LinkedIn but delivered straight into my ears and impossible to ignore.
Clubhouse was, at first, super exclusive and really popular among celebs and Silicon Valley elite. And when it arrives at Indonesia, I found Indonesia's start-up expected 'celeb tweets'. For instance, Wilson Cuaca. Also mentioned by mashable.com that Clubhouse's appeal, in an ideal world, might be to something akin to access to a really interesting cocktail party with powerful people. I am definitely agree!
This is what I have heard from last night Clubhouse topic: a CEO basically repeat his elevator pitch for his company as an answer to every single question. And if you are wondering, is it possible to do elevator pitch in Clubhouse?, the answer is YES. In this platform numerous opportunities to broaden up for your start-up knowledge and also networks. To sum up, I HIGHLY recommend you to join Clubhouse, only if you are invited and also, um, Apple users. (Name: Ruhmaya Nida Wathoni. Photo: www.trendsmap.com)
Intip Bagaimana Rasanya Diundang di Clubhouse
Saya diundang oleh sahabat saya untuk bergabung dengan platform media sosial 'elit', Clubhouse. Sekarang, platform media sosial terbaru ini sedang viral. Menjadi topik perbincangan para netizen, baik di Indonesia maupun internasional. Sudah lebih dari 10 juta pengguna iPhone yang mengunduhnya, menurut influencermarketinghub.com.
Clubhouse adalah aplikasi jejaring sosial audio-only yang belakangan dilihat sebagai perwujudan obsesi Silicon Valley dalam memperkenalkan gaya hidupnya: eksklusif, terbatas, dan penuh nuansa FOMO (Fear of Missing Out). Dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, FOMO atau rasa takut tertinggal terasa semakin kental. Semua orang ingin terlibat langsung dalam setiap fenomena digital yang terjadi. Baik itu berupa konten reaksi, video tarian, atau sekedar komentar singkat (voi.id).
Baiklah, kembali ke cerita saya ketika berada di platform itu selama beberapa minggu, rasanya seperti mendengarkan podcast tanpa tombol putar ulang atau jeda. Jumlah informasi yang dibagikan oleh para pembicara tidak terbatas. Dari industri start-up, mata uang kripto hingga topik kesehatan mental. Semuanya ada. Dan, sering juga terasa seperti LinkedIn yang bisa berbicara secara nonstop. Seperti promosi diri, seminar perkuliahan, dan konferensi profesional. Saya bukan orang pertama yang mengatakan ini tetapi rasanya seperti LinkedIn yang langsung masuk ke telinga saya dan tidak mungkin untuk diabaikan.
Clubhouse, pada awalnya, super eksklusif dan sangat populer di kalangan selebriti dan elit Silicon Valley. Dan, ketika aplikasi ini tiba di Indonesia, saya menemukan 'Celeb tweet’ Start-up Indonesia. Misalnya, Wilson Cuaca. Disebutkan oleh mashable.com bahwa daya tarik Clubhouse, jika di dunia nyata, mungkin seperti akses ke pesta yang sangat menarik dengan orang-orang yang memiliki pengaruh. Saya sangat setuju dengan itu!
Ini yang saya dengar dari topik Clubhouse tadi malam: seorang CEO pada dasarnya mengulangi elevator pitch untuk start-up-nya sebagai jawaban untuk setiap pertanyaan. Dan jika kamu bertanya-tanya, apa mungkin melakukan elevator pitch di Clubhouse?, jawabannya: iya. Di platform ini sangat banyak peluang untuk memperluas pengetahuan dan jaringan start-up. Singkatnya, saya SANGAT merekomendasikan kamu untuk bergabung dengan Clubhouse, hanya jika kamu diundang dan, ehm, pengguna Apple. (Nama: Ruhmaya Nida Wathoni. Foto: www.trendsmap.com).