Feature


Published: 27 Apr 2021

The online payment system is increasingly loved by the people of Indonesia, especially during the pandemic. So, it's no wonder that the digital payments business continues to grow. For example, LinkAja, which during 2020 grew by almost 65% to more than 61 million users (www.wartaekonomi.co.id).

As many as 73% of LinkAja users are in tier 2 and tier 3 cities for transactions. Tier2 and tier 3 refer to cities with growing middle class consumers, but in terms of infrastructure, such as digital infrastructure and logistics, still developing.

DANA has the same thing. This platform notes that users make more digital payments than direct transactions to offline merchants. As many as 98% of DANA users use the digital payment feature (koran.tempo.co).

The increase in online payment transactions is a portrait of the rapidly growing financial technology (fintech) ecosystem in Indonesia. Innovations in the financial services sector, driven by the development of fintech in Indonesia, have been able to promote financial inclusion, increase literacy in Indonesian society, and have a positive impact on economic conditions triggered by growth in value and volume of transaction.

Bill payment business also growth in volume and value of transactions. As one of the types of transactions that people often do, the bill payment is a very potential business (dailysocial.id).

The amount of potential in this business is influenced by two things. First, the very large number of customers, which includes almost all the population of productive age and adult age in Indonesia, which numbered more than 200 million people in 2020. This demographic segment has the need to pay various types of bills. Starting from electricity bills, Social Security Administering Bodies (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial or BPJS) fees, credit cards, internet data packages, tuition fees, rental and maintenance of homes/apartments, and so on.

Second, most bill payments are a type of recurring transaction. Different from several other product categories where there is only one transaction in a period of several years, bill payments, such as electricity and water, are necessities that must be paid every month. Payment of other bills that are not basic necessities, such as cable TV subscriptions and other entertainment, also tend to have long subscription periods, so the potential for recurring transactions is very high. This opportunity is worth working on for startups in Indonesia. (Ruhmaya Nida Wahtoni. Illustration: storyblocks.com)

 

 

 

Potensi Pasar Pembayaran Tagihan di Indonesia

 

Sistem pembayaran online semakin digandrungi oleh masyarakat Indonesia, terlebih pada saat pandemi. Maka, tak heran kalau bisnis pembayaran digital terus tumbuh. Contohnya LinkAja yang selama tahun 2020 tumbuh hampir 65% menjadi lebih dari 61 juta pengguna (www.wartaekonomi.co.id).

Sebanyak 73% pengguna LinkAja berada di kota-kota tier 2 dan tier 3 transaksi. Tier2 dan tier 3 ini merujuk pada kota-kota dengan konsumer kelas menengahnya terus bertumbuh, tetapi dari sisi infrastrukturnya, seperti infrastruktur digital dan logistik, sedang berkembang.

Hal serupa dialami oleh DANA. Platform ini mencatat penggunanya lebih banyak melakukan pembayaran digital daripada transaksi langsung ke merchant offline. Sebanyak 98% pengguna DANA menggunakan fitur pembayaran digital (koran.tempo.co).

Meningkatnya transaksi pembayaran online adalah potret dari berkembang pesatnya ekosistem financial technology (fintech) di Indonesia. Inovasi di sektor jasa keuangan, yang didorong oleh perkembangan fintech di Indonesia, mampu mendorong inklusi keuangan, meningkatkan literasi masyarakat Indonesia, dan berdampak positif terhadap kondisi perekonomian yang dipicu oleh pertumbuhan volume dan nilai transaksi.

Pertumbuhan volume dan nilai transaksi juga dialami oleh sektor industri pembayaran tagihan. Sebagai salah satu jenis transaksi yang paling sering dilakukan masyarakat, sektor pembayaran tagihan merupakan industri yang sangat potensial (dailysocial.id).

Besarnya potensi di sektor ini dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, jumlah pelanggan yang sangat besar, yang mencakup hampir seluruh penduduk usia produktif dan usia dewasa di Indonesia, yang berjumlah lebih dari 200 juta orang pada tahun 2020. Segmen demografi ini mempunyai kebutuhan untuk membayar berbagai jenis tagihan. Mulai dari tagihan listrik, iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), kartu kredit, paket data internet, biaya pendidikan, sewa dan perawatan rumah/apartemen, dan sebagainya.

Kedua, sebagian besar pembayaran tagihan adalah jenis transaksi berulang. Berbeda dari beberapa kategori produk lain yang hanya sekali transaksi dalam kurun waktu beberapa tahun, pembayaran tagihan, seperti listrik dan air, adalah kebutuhan yang harus dibayar setiap bulan. Pembayaran tagihan lainnya yang bukan kebutuhan pokok, seperti langganan TV kabel dan hiburan lainnya, juga cenderung memiliki masa berlangganan yang lama, sehingga potensi terjadinya transaksi berulang sangat tinggi. Peluang ini layak digarap oleh startup di Indonesia. (Ruhmaya Nida Wahtoni. Ilustrasi: storyblocks.com)