Feature


Published: 22 Apr 2021

It has been more than one year that the Indonesian people have implemented a social distancing movement to prevent the transmission of Covid-19 or Coronavirus. The government urges people to always wear masks, keep their distance, wash their hands diligently, reduce mobility and avoid crowds. Responding to the government's appeal, many companies have implemented a work from home policy. Educational institutions also implement online learning schemes.

The increasing popularity of online grocery, especially shopping for household necessities online, which is driven by the COVID-19 pandemic and the imposition of large-scale social restrictions. This phenomenon is predicted to boost growth of the e-commerce sector in Indonesia. A survey by management consulting firm Redseer in August 2020 found that more than half of Indonesian respondents said their spending on e-grocery platforms had increased during the pandemic. Then, as many as 60% respondents said they would continue buying shooping online in the future (thejakartapost. com).

In Indonesia, the penetration of online grocery is still dominant in Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) area. That makes the potential of online grocery is actually still very large. The Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia stated that the value of the online grocery market will grow 198% from US$99 billion in 2019 to US$295 billion in 2023. Southeast Asia is projected to find the fastest growth, although in terms of value it is not as big as in Japan, South Korea and China. Markets in India and Indonesia will also be increasingly important for business people because of their scale (dailysocial.id).

In 2020, it seems that the online grocery business will see a high increase in users. The Covid-19 pandemic has made people start to take advantage of these services, because there have been calls for not traveling outside the home. Sure enough, there are currently a lot of product stocks on the online shooping platform. Delivery queue also piled up, so orders cannot be delivered on the same day. The important point is that there is an increasing awareness among Indonesian consumers.

But you can't let your guard down, because e-commerce transaction for the wholesale category also starting to increase, such as Lazada's strategy after the acquisition of RedMart. Other local companies have started to show the same signs. For example, Blibli has done through Blibli Mart, is presenting the O2O concept of selling daily necessities. JD.id has also done the same thing (id.techinasia.com).

Online grocery will have a bright future, amidst the increasingly digital habits of society, as well as better retail platforms consolidation. This is in the context of Jabodetabek area. Apart from that, there are still a lot of homework to be validated, because basically what startups offers is changing the culture of society, especially among housewives. (Ruhmaya Nida Wathoni. Illustration: vecteezy.com)

 

 

 

Maraknya Belanja Online di Indonesia

 

Sudah lebih dari satu tahun masyarakat Indonesia melakukan gerakan social distancing untuk mencegah penularan Covid-19. Pemerintah mengimbau masyarakat senantiasa memakai masker, menjaga jarak, rajin mencuci tangan, mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan. Merespon imbauan pemerintah, banyak perusahaan menerapkan kebijakan bekerja dari rumah (work from home). Lembaga-lembaga pendidikan pun menerapkan skema pembelajaran online.

Meningkatnya popularitas belanja online, khususnya belanja kebutuhan rumah tangga secara online, dipicu oleh pandemi Covid-19 dan pemberlakuan pembatasan sosial secara besar-besaran.  Fenomena itu diprakirakan akan mendorong pertumbuhan sektor e-commerce Indonesia. Survei oleh firma konsultan manajemen Redseer pada Agustus 2020 menemukan bahwa lebih dari separuh responden Indonesia mengatakan bahwa pengeluaran mereka untuk platform e-grocery meningkat selama pandemic. Lalu, sebanyak 60% responden menegaskan bahwa di masa mendatang mereka akan terus membeli bahan makanan secara online (thejakartapost. com).

Di Indonesia, penetrasi belanja online masih dominan di kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek). Itu membuat potensi belanja online di Indonesia sebetulnya masih sangat besar. Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia menyatakan bahwa nilai pasar grosir online akan tumbuh 198% dari US$99 miliar pada 2019 menjadi US$295 miliar di tahun 2023. Asia Tenggara diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan tercepat, meski dari sisi nilainya tidak sebesar di Jepang, Korea Selatan dan China. Pasar di India dan Indonesia juga akan semakin penting bagi para pebisnis karena skalanya (dailysocial.id).

Pada tahun 2020, tampaknya bisnis grosir online akan mengalami peningkatan pengguna yang cukup tinggi. Pandemi Covid-19 membuat masyarakat mulai kian sering memanfaatkan layanan ini, karena ada seruan untuk tidak bepergian ke luar rumah. Benar saja, saat ini ada banyak stok produk di platform belanja online yang kosong. Antrian pengiriman juga menumpuk, sehingga pesanan tidak bisa terkirim pada hari yang sama. Poin pentingnya adalah terjadi peningkatan kesadaran di kalangan konsumen Indonesia.

Tapi, Anda tidak boleh lengah, karena transaksi e-commerce untuk kategori grosir juga mulai meningkat, seperti strategi Lazada setelah akuisisi RedMart. Perusahaan lokal lainnya sudah mulai menunjukkan tanda-tanda yang sama. Misalnya, yang dilakukan Blibli lewat Blibli Mart dengan menghadirkan konsep O2O dalam menjual kebutuhan sehari-hari. Hal serupa juga dilakukan JD.id (id.techinasia.com).

Toko grosir online akan memiliki masa depan yang cerah, di tengah kebiasaan masyarakat yang semakin digital, serta konsolidasi dan platform ritel yang lebih baik. Ini dalam konteks kawasan Jabodetabek. Selain itu, masih banyak pekerjaan rumah yang harus divalidasi, karena pada dasarnya apa yang ditawarkan oleh startup ini sedang mengubah budaya masyarakat, khususnya di kalangan ibu-ibu rumah tangga. (Ruhmaya Nida Wathoni. Ilustrasi: vecteezy.com).