Actual

What's happening in PresUniv


Published: 12 Oct 2020

The issue of climate change is very important to be brought to the surface. The reason is, the impact of climate change is increasingly felt, where human activities are believed to be the trigger. In response to this, President University Major Association of Environmental Engineering (PUMA ENV) held EnvironmenTalk 2020 with the theme "Connecting People to Nature". Unlike before, this year's EnvironmenTalk was held online for two days through a webinar. The theme on the first day was "People and Climate Change”, discussed the relationship between humans and climate change. EnvironmenTalk is PUMA ENV’s annual event which aimed to provide further knowledge about environmental issues.

Reni Dwi Septiani, Project Manager of EnvironmenTalk 2020 said, "Climate change is a vital issue that must be campaigned continuously, especially to younger people, in order to provide education, increase their concern for the environment, as well as form a character that always protects, cares, and loves the environment,” said Reni. Therefore, on the first day, this webinar invited two experts who have studied this phenomenon for years, namely Ir. Eddy S. Soedjone, Dipl. SE., MSc., PhD., Lecturer in Environmental Engineering at Sepuluh Nopember Institute of Technology (ITS), and Putri Damayanti Potabuga, Founder and Director of the Climate Institute.

Eddy S. Soedjone said that climate change is a long-term change in the distribution of weather patterns. He said that this phenomenon originated from global warming, a state where the earth's temperature has increased compared to the previous one. "Global warming is caused by increasing emissions of carbon dioxide gas and greenhouse gases. These gases are sourced from the use of electricity, vehicle, air conditioning (AC), household, industrial, and agricultural waste,” said Eddy. Furthermore, Eddy emphasized that the root problem of climate change is human activities that are often taken lightly, but have a big impact. "We bathe using soap, we wash using detergents, even when we defecate, it becomes a source of problems for this earth if it is not disposed of in the right place," he said. "Therefore, the system for channeling, recycling and reusing wastewater are steps that must be taken to prevent adverse impacts on the environment," he added.

From the organizational point of view, Putri Damayanti Potabuga mentioned, the real effect of climate change is the increase in earth temperature which will affect the intensity of sea level. “From several years of my experience in the field, I have seen the effects of climate change. For example, the Pekalongan area on the north coast of Central Java is in danger of sinking due to rising sea levels. The people who live there must survive and even risk their lives,” she said.

In addressing climate change, the cooperation of the young generation from various majors is needed. For example, the Environmental Engineering student can make a waste recycling channel and tools, the Law student can make regulations that are in favor of the environment, and the Political student can raise this issue either through direct socialization or social media. (PT/SD)

 

 

 

EnvironmenTalk 2020 Hari Pertama: Hubungan Manusia dan Perubahan Iklim

 

Isu perubahan iklim merupakan hal yang sangat penting untuk diangkat ke permukaan. Pasalnya, dampak perubahan iklim semakin terasa, dimana aktivitas manusia dipercaya menjadi pemicunya. Menanggapi hal tersebut, Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HIMA Teknik Lingkungan) President University menyelenggarakan EnvironmenTalk 2020 yang mengangkat tema "Connecting People to Nature". Berbeda dengan sebelumnya, EnvironmenTalk tahun ini diadakan secara daring selama dua hari melalui webinar. Tema untuk hari pertama adalah “People and Climate Change” yang membahas secara tuntas hubungan antara manusia dan perubahan iklim. EnvironmenTalk merupakan acara tahunan HIMA Teknik Lingkungan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan lebih lanjut tentang masalah lingkungan.

Reni Dwi Septiani, Ketua Acara EnvironmenTalk 2020 mengatakan, “Perubahan iklim merupakan isu vital yang harus terus dikampanyekan terutama kepada generasi muda, guna memberikan pendidikan, meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan, serta membentuk karakter yang senantiasa melindungi, peduli, dan mencintai lingkungan,” kata Reni. Oleh karena itu, di hari pertama webinar ini mengundang dua pakar yang telah bertahun-tahun mempelajari fenomena tersebut, yaitu Ir. Eddy S. Soedjone, Dipl. SE., MSc., PhD., Dosen Teknik Lingkungan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Putri Damayanti Potabuga, Pendiri dan Direktur Institut Iklim

Eddy S. Soedjone menyampaikan bahwa perubahan iklim merupakan perubahan jangka panjang dalam pola distribusi cuaca. Fenomena ini menurutnya berawal dari pemanasan global, yaitu suhu bumi yang mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya. “Pemanasan global disebabkan oleh meningkatnya emisi gas karbon dioksida dan gas rumah kaca. Gas-gas tersebut bersumber dari penggunaan listrik, kendaraan, pendingin ruangan (AC), limbah rumah tangga, industri, dan pertanian,” kata Eddy. Lebih lanjut, Eddy menegaskan bahwa akar permasalahan perubahan iklim adalah aktivitas manusia yang seringkali dianggap enteng, namun berdampak besar. “Kita mandi pakai sabun, kita cuci pakai detergen, bahkan buang air besar pun menjadi sumber masalah bagi bumi ini jika tidak dibuang di tempat yang tepat,” katanya. “Oleh karena itu, sistem penyaluran, daur ulang, dan penggunaan kembali air limbah merupakan langkah yang harus dilakukan untuk mencegah dampak buruk terhadap lingkungan,” tambahnya.

Dari sisi organisasi, Putri Damayanti Potabuga menyebutkan, dampak perubahan iklim yang nyata adalah peningkatan suhu bumi yang akan mempengaruhi intensitas permukaan laut. “Dari beberapa tahun pengalaman saya di lapangan, saya sudah melihat dampak perubahan iklim. Misalnya, wilayah Pekalongan di pesisir utara Jawa Tengah terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut. Masyarakat yang tinggal di sana harus bertahan bahkan mempertaruhkan nyawa,” ujarnya. Dalam mengatasi perubahan iklim, kerja sama generasi muda dari berbagai jurusan sangat diperlukan. Sebagai contoh, mahasiswa Lingkungan Teknik dapat membuat saluran dan alat daur ulang sampah, mahasiswa Fakultas Hukum dapat membuat regulasi yang berpihak pada lingkungan, dan mahasiswa Politik dapat menyuarakan masalah ini baik melalui sosialisasi langsung maupun media sosial. (PT/SD)