Actual

What's happening in PresUniv


Published: 06 Nov 2019

The issue on peatlands currently becomes more problematic since Indonesia has a million hectares of peatlands being on fire. In this case, peatlands characterized by fragile ecosystem which rapidly dry out and become highly flammable. It then impacted to unsolved haze problem experiencing by parts of Sumatera and Kalimantan just a few months ago. Furthermore, the massive peatland burning led to peatlands degradation. It is estimated that Indonesia has lost approximately half of its peatland area which costs the Indonesia environment due to the increasing greenhouse gas emission.

Hence, President University Major Association of International Relations Study Program collaborating with Peatland Restoration Agency organized a seminar with the topic “Environmental Diplomacy Indonesia: Peat Restoration and the Potential Business for Millennial” on Monday, 4 November 2019.

Held at Charles Himawan Auditorium President University, the seminar aimed to raise the awareness of the students regarding environmental diplomacy, the importance of peatland restoration, and the implementation of potential business opportunities. In the seminar, the keynote speech delivered by Deputy III of Peatland Restoration Agency Dr. Myrna Safitri, Peatland Restoration Specialist of World Resources Institute Dr. Eli Nur Nirmala Sari, and moderated by International Relations Study Program Lecturer from the Christian University of Indonesia Dr. Verdinand Robertua Siahaan, S.Sos., M.Sos.

During the seminar, the keynote speakers emphasized the importance of the Indonesian role in mitigating regional and international environmental issue including transboundary haze due to peatlands burning. In this case, Indonesia could be eligible for international adaption grants which will be the potential sources of sustainable financing for business actors on peatlands. The seminar then closed by sharing a session from the Youth for Peatland. (LO/SL)

 


 

Diplomasi Lingkungan: Usaha Indonesia dalam Restorasi Lahan Gambut

Masalah lahan gambut saat ini menjadi lebih serius karena jutaan hektar lahan gambut di  Indonesia terbakar. Pada umumnya, lahan gambut memiliki karakter yang rapuh dimana lahan ganbut mampu dengan cepat mengering dan menjadi sangat mudah terbakar. Hal ini kemudian berdampak pada masalah kabut yang terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan beberapa bulan lalu dan masih belum terpecahkan. Lebih jauh lagi, pembakaran lahan gambut yang masif menyebabkan degradasi lahan gambut. Diperkirakan, Indonesia telah kehilangan sekitar setengah dari lahan gambutnya yang berujung pada meningkatnya emisi gas rumah kaca.

Karenanya, Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Presiden bekerja sama dengan Badan Restorasi Gambut menyelenggarakan seminar dengan topik “Diplomasi Lingkungan Indonesia: Restorasi Gambut dan Potensi Bisnis untuk Millenial” pada hari Senin, 4 November, 2019.

Diadakan di Charles Himawan Auditoriun Universitas Presiden, seminar ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para mahasiswa tentang diplomasi lingkungan, pentingnya restorasi lahan gambut, dan penerapan peluang bisnis yang potensial. Dalam seminar tersebut, materi utama disampaikan oleh Deputi III Badan Restorasi Gambut Dr. Myrna Safitri dan Spesialis Restorasi Lahan Gambut dari World Resources Institute Dr. Eli Nur Nirmala Sari, dan dimoderatori oleh Dosen Program Studi Hubungan Internasional dari Universitas Kristen Indonesia Dr. Verdinand Robertua Siahaan, S.Sos., M.Sos.

Selama seminar, para pembicara menekankan pentingnya peran Indonesia dalam mitigasi masalah lingkungan regional dan internasional termasuk kabut lintas batas akibat pembakaran lahan gambut. Dalam hal ini, Indonesia dapat memenuhi syarat dalam hibah adaptasi internasional yang akan menjadi sumber pendanaan berkelanjutan bagi para pelaku bisnis lahan gambut. Seminar kemudia ditutup dengan sharing session dari Youth for Peatland. (LO/SL)