Feature


Tanggal Post: 30 Nov 2022

Menulis Buku dengan Cara ATM

Bermula dari menulis kolom di berbagai media, kini Dr. Dedi Rianto Rahadi, MM, telah menghasilkan lebih dari 15 buku dengan berbagai topik. Di antaranya, membahas perilaku organisasi, kompensasi, komunikasi di tempat kerja dan berbagai isu lainnya yang berkaitan dengan manajemen. Dedi memang salah satu dosen di Program Studi (Prodi) Manajemen, President University (Presuniv).

Ditanya di sela-sela kesibukannya mengajar, Dedi mengungkapkan bahwa kegiatannya menulis kolom ia lakukan saat masih aktif di salah satu kampus di Palembang, Sumatera Selatan. “Saya bahkan pernah menulis 20 artikel sekaligus,” ungkapnya.

Lama menulis kolom, akhirnya pada tahun 2008 Dedi memutuskan memberanikan diri untuk membuat buku. Katanya merendah, “Itu bermula karena saya memang tidak punya pilihan lain. Sebagai dosen, saya memang punya kewajiban untuk mengumpulkan kredit. Salah satunya adalah dengan membuat buku.”

Akhirnya mulailah Dedi menulis buku. Karya pertamanya adalah Proses Riset Penelitian yang diterbitkan oleh penerbit Tunggal Mandiri asal Malang. Dedi kenal dengan penerbit itu saat menjalani program doktornya (S3) di Universitas Brawijaya, Malang. Ia menuntaskan program S-3-nya pada tahun 2004.

Salah satu buku karya Dedi Rianto.

Sumber: Dok. Dedi Rianto

Senang Karyanya Menjadi Acuan

Selama bertahun-tahun menulis buku, Dedi tidak pernah mengkomersilkan karyanya. Sebaliknya, ia justru banyak menyumbangkan bukunya ke beberapa perpustakaan di Indonesia. Saat ditanya, ia menjawab “Proses menggali sumber informasi untuk buku saya dapatkan secara gratis. Jadi, mengapa saya harus menjual hasil karya saya?,” tanyanya, kembali.

Pernah suatu kali Dedi mendapati bukunya diperjualbelikan di e-commerce Indonesia. Mestinya ini bisa menjadi kasus pelanggaran hak cipta. Namun, Dedi tak mau ambil pusing untuk mempermasalahkan pelanggaran tersebut. Katanya, dia malah bangga, karena bukunya dipakai oleh orang-orang yang sedang melakukan penelitian. Itu artinya karyanya yang ia tuangkan dalam bukunya tersebut sangat berguna dan membantu orang lain yang ingin melakukan riset.

Menurut Dedi, pada dasarnya semua orang memiliki potensi dan kemampuan untuk menulis dan membuat buku. Kuncinya adalah bagaimana orang tersebut mampu memformulasikan pemikirannya. “Pemikiran serta ilmu yang dimiliki oleh setiap orang itulah yang harus diolah,” kata Dedi.

Hasil pemikiran itu bisa dituangkan dalam berbagai bentuk. Dan, soal bentuk, itu tergantung pada pilihan pribadi masing-masing. Apakah ingin ditorehkan dalam buku, jurnal atau artikel. “Kalay saya memilih menulis buku,” tegas dia.

Saat ini Dedi mematok target untuk menulis tiga buku setiap tahunnya. Caranya? Ungkap Dedi, “Saya memakai jurus ATM alias Amati, Tiru, dan Modifikasi. Bagi saya, ini cara paling sederhana jika ingin memulai menulis buku.” Dedi mengakui bahwa proses untuk meneguhkan diri, berkomitmen dan konsistensi, menjadi tantangan pada tahap awal. Untuk menjawab tantangan tersebut, kata Dedi, penting untuk kembali ingat pada cita-cita dan tujuan awal: Mengapa ingin menulis?

Dedi berbagi soal mendapatkan ide menulis. Katanya, ide biasanya ia peroleh pada waktu-waktu yang tidak terduga. Ketika ide itu datang, papar Dedi, biasanya dia akan segera menuliskannya sebagai draft awal. “Saya segera lakukan itu agar jangan sampai terlupa,” ungkapnya.

Ia juga menegaskan agar saat menulis jangan pernah membatasi referensi. Sebab, menurutnya, referensi itu bisa saja berasal dari sumber yang tak terduga. Misalnya, dari orang-orang sekitar. (Lita Gabriella, tim PR. Foto: Dok. Dedi Rianto)