Feature


Tanggal Post: 22 Jun 2022

Ketika melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata-3 (S3), mahasiswa bisnis akan dihadapkan pada dua pilihan program, yaitu Doctor of Philosophy (PhD) dan Doctor of Business Administration (DBA). Dilansir Compass.com, yang memilih jalur Ph.D. adalah mereka yang ingin berkarier di bidang ilmu sosial dan menjadi full-time professor atau mengejar karier di bidang akademik, seperti melakukan penelitian yang berkontribusi pada pengetahuan atau teori bisnis.

Sedangkan DBA adalah gelar doktor profesional dengan fokus pada pengetahuan teoretis dan penggunaannya dalam praktik bisnis. Kebanyakan orang mengambil DBA ketika mereka sudah sukses dalam berbisnis dan mencari tantangan intelektual baru.

Salah satu dosen Prodi Manajemen, President University (PresUniv), yakni Pandu Adi Cakranegara, S.E, M.Sc.Fi, MBA, DBA, memilih jalur ke-2. Pada Desember 2021, ia berhasilkan mendapatkan gelar DBA dari Conrado Benitez Institute for Business Education, Philippine Women’s University, Filipina.

Kata Pandu, DBA merupakan program professional doctorate atau doktor terapan yang berbeda dengan program Ph.D. dalam hal struktur perkuliahan dan proporsi risetnya. “Program DBA sebagian besar terdiri dari perkuliahan dengan luaran artikel untuk masing-masing mata kuliah serta riset senilai 12 kredit. Jadi total saya menyelesaikan 16 mata kuliah sebelum mengambil disertasi,” jelasnya.

Setelah menyelesaikan 16 mata kuliah, Pandu mengambil disertasi. Ia memilih topik yang sesuai dengan latar belakang dan bidang pengajarannya di kampus, yaitu di bidang Banking and Finance.

Memilih topik penelitian, menurut Pandu, merupakan tantangan tersendiri, karena bidang yang ia pilih sangat luas. Maka, atas saran dari pembimbingnya, ia memilih topik tentang likuiditas. Menurutnya, likuiditas merupakan faktor yang krusial dalam perbankan, terutama perbankan modern, yang dasarnya adalah kepercayaan. Pandu menjelaskan, “Jika bank sampai mengalami masalah likuiditas, ini akan mempengaruhi kepercayaan nasabah. Ini pernah terjadi di Indonesia. Suatu bank besar di Indonesia pernah kekurangan likuiditas, karena penarikan dana secara besar-besaran oleh nasabah. Ini terjadi karena nasabah kehilangan kepercayaan terhadap bank tersebut. Akhirnya bank itu ditolong oleh pemerintah.”

Dalam penelitiannya mengenai likuiditas, Pandu melakukan berbagai pendekatan. Bukan hanya pendekatan keuangan, tetapi juga dari sisi manajemen, seperti manajemen strategi, manajemen operasional, SDM dan pemasaran. Ia menemukan bahwa likuiditas perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor umum yang ada selama ini, tetapi juga dari faktor struktur industri perbankan, karakter bank, dan regulasi di suatu negara.

Selain memilih topik penelitian, papar Pandu, berlatih menulis, belajar dan melakukan riset secara sistematis dan terstruktur juga menjadi tantangan tersendiri baginya semasa menyelesaikan pendidikan DBA-nya. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan saat ia menempuh S2 di Erasmus University Rotterdam, Belanda. Pandu berharap agar penelitiannya di bidang manajemen terus berlanjut dan hasilnya dapat ia bagikan baik melalui pengajaran, penulisan, maupun pengabdian masyarakat. (Silvia Desi Betrice, tim PR. Foto: Pandu Adi Cakranegara).