Feature


Tanggal Post: 14 Jan 2022

Ario Muhammad

Menelitik Dampak Perubahan Iklim dan Tsunami

Banyak orang menyebut Indonesia sebagai negeri yang indah dengan kekayaan alam yang berlimpah. Namun, di sisi lain Indonesia juga disebut sebagai negara yang berada di zona cincin api atau Ring of Fire. Itu menyebabkan negara ini akrab dengan berbagai bencana geologis, seperti gunung meletus dan gempa, termasuk tsunami.   

Indonesia memang menjadi titik pertemuan tiga lempeng tektonik dunia, yaitu Lempeng Indo-Austalia, Lempeng Eurasia dan Lempek Pasifik, dan terletak di wilayah cincin api Pasifik, yang terbentuk akibat tumbukan antarlempeng tersebut. Itu menyebabkan bencana geologis tidak dapat dihentikan. Lalu, apa yang mesti dilakukan?

Dalam kondisi seperti itu, upaya antisipasi dengan melakukan deteksi dini kapan bencana tersebut akan terjadi, disertai dengan upaya penanggulangannya, menjadi sangat penting. Itulah yang kini dilakukan oleh para peneliti. Salah satunya adalah Ario Muhammad, Ph.D., dosen Program Studi Teknik Sipil, President University (PresUniv).

Ario mengungkapkan, selama enam tahun terakhir ia menghabiskan waktu mengkaji mengenai bahaya tsunami di Indonesia yang diakibatkan oleh gempa bumi. Ungkapnya, studi terbaru menunjukkan bahwa kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim saat ini juga berdampak pada bahaya tsunami. “Oleh karena itu, saya mencoba memperluas penelitian saya untuk mengintegrasikan dampak perubahan iklim dan bahaya tsunami,” katanya.

 

Ke Kancah Internasional

Untuk memperluas penelitiannya mengenai tsunami di Indonesia, pada Juli 2020, Ario bersama koleganya, Dr. Raffaele De Risi, dosen Civil Engineering di University of Bristol, Inggris, membuat proposal riset untuk dilombakan dalam Indonesia-UK Workshop on Reduction of Climate Change Impact on Flood Risk in Urban Areas. Ajang kompetisi ini yang diselenggarakan oleh University of Greenwhich, United Kingdom, disponsori oleh British Council. Pesertanya adalah Early Career Researcher (ECR) baik dari Indonesia maupun Inggris, yang sedang mengerjakan topik-topik riset.

Ada sejumlah topik yang dilombakan dalam ajang ini, seperti flood hazard modelling, climate change impact on flood events, infrastructure vulnerability to flood and other events, climate change adaptation: structural mitigation and policies, social vulnerability, climate change and flood awareness, dan risk communication. Untuk lolos menjadi peserta workshop, Ario dan koleganya terlebih dahulu menjalani proses seleksi, yaitu seleksi CV, minat penelitian, presentasi, dan pernyataan motivasi.

Pada workshop ini, Ario sebagai ketua peneliti membuat proposal riset tentang dampak perubahan iklim pada bencana tsunami. Proposalnya berjudul “Climate-Change Triggered Sea Level Rise: Increased Inundation Risk Requiring Revised Evacuation Plans-An Enhanced Decision Making Process”. Proposal ini kemudian dinyatakan sebagai salah satu pemenang dan mendapatkan dana penelitian sebesar £8.750 atau lebih dari Rp170 juta.

 

Survei ke Maluku Utara

Berbekal dana tersebut, selama 9-19 Desember 2021, Ario melakukan survei lapangan ke Maluku Utara, bersama dengan sembilan mahasiswa Prodi Teknik Sipil, PresUniv. Mereka adalah Raditya Bintang Sugiarto (angkatan 2020), Ravelino Hafizh Geovenerdy, Farrel Ferdinand Rachman, I Kadek Sapta Widya Cahyadi, Destian Arby, Keivylarza Sweethania Puspita, Julia Irina Ruru, Rahmanda Alya Risayanti Putri, dan Intan Dian Amalia, yang semuanya dari angkatan 2019. Ini adalah proyek bersama antara PresUniv dan University of Bristol. Ario adalah Honorary Research Associate (RA) di Department of Civil Engineering, University of Bristol.

Pada survei lapangan selama sepuluh hari tersebut Ario menyampaikan empat agenda penting. Pertama, survei potensi bangunan tempat perlindungan tsunami sementara di masjid-masjid yang berlokasi di tepi pantai Kota Ternate, sebagai wilayah terpadat di Maluku Utara. Kedua, survei tipologi bangunan untuk memetakan risiko kerugian ekonomi akibat bencana gempa-tsunami-kenaikan air laut di enam desa, yaitu Desa Tabapoma, Tutupa, Pasipalele, Yomen, Sofifi, dan Guruaping.

Ketiga, pemetaan potensi likuifaksi di empat desa di Kabupaten Halmahera Selatan, yaitu Desa Tabapoma, Tutupa, Pasipalele, dan Yomen. Keempat adalah evaluasi program pemulihan paska bencana di empat desa tersebut.

Setelah melakukan survei, Ario dan tim kemudian memberikan edukasi langsung mengenai pengetahuan bencana gempa ke masyarakat di Maluku Utara

 

Mengapa Maluku Utara?

Dari beberapa provinsi di Indonesia yang kerap dilanda bencana alam, mengapa Ario dan tim memilih Provinsi Maluku Utara?

Ario mengungkapkan, Maluku Utara berada di daerah yang sangat berisiko terdampak gempa-tsunami karena diapit oleh tiga sumber gempa-tsunami, yaitu Sangihe, Halmahera, dan Philippine Thrusts. Ia menjelaskan soal ini, “Ada sejarah tsunami yang cukup siginifikan di Maluku dan Maluku Utara. Bahkan pada Juli 2019 lalu, terjadi gempa 7,3 Skala Richter (SR) di Kabupaten Halmahera Selatan, yang menghancurkan ratusan rumah. Sebelumnya kami juga pernah melakukan survei paska bencana di sana. Jadi misi riset ini salah satunya ya untuk melihat perkembangan program pemulihan paska bencana.”

Selain itu, Ario juga menyampaikan bahwa Maluku Utara, yang merupakan daerah perairan. Saat ini, ungkapnya, sedang terjadi kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim. Ini tentu sesuai dengan tema riset mereka.

Meski lokasi survei cukup sulit diakses karena harus melewati sungai, bukit, hutan, jalanan tanah tanpa aspal, dan lokasi pesisir yang terkenal dengan ombak besar, Ario dan tim merasa senang karena dapat menyelesaikan survei lapangan dengan baik dan aman. Saat ini ia dan tim sedang menggarap artikel untuk jurnal ilmiah yang akan terbit dalam waktu dekat. Ini termasuk kategori jurnal Q1.

Ario juga berharap dalam tahun ini, setidaknya ada tiga paper Q1 dari hasil riset ini. Namun, ia kemudian menekankan tujuan utama dari penelitiannya ini. Katanya, “Tapi, yang paling penting, kami ingin membuat database multibencana: gempa-tsunami-kenaikan air laut untuk Indonesia. Diawali dengan wilayah Timur dan Barat (Sumatera Barat) Indonesia. Database ini, diharapkan mampu mendukung program pendidikan bencana di Indonesia.” (Silvia Desi Betrice, tim PR. Foto: Ario Muhammad)