Feature


Tanggal Post: 05 Nov 2021

Indonesia terkenal akan kekayaan alam dan budayanya. Kekayaan inilah yang kemudian dimanfaatkan menjadi industri pariwisata. Dan, kini tidak sedikit masyarakat Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor pariwisata. Sektor ini penyumbang devisa terbesar kedua setelah kelapa sawit.

Namun, pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia awal 2020 lalu membawa dampak besar bagi sektor pariwisata Indonesia. Dikutip dari situs resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI, sepanjang tahun 2020 jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia hanya sekitar 4 juta orang, atau tinggal 25% dibanding tahun 2019. Tidak hanya itu, pandemi juga berdampak langsung pada berbagai lapangan pekerjaan di sektor pariwisata. Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2020, sekitar 409.000 tenaga kerja di sektor pariwisata kehilangan pekerjaan akibat pandemi Covid-19.

Kini, pandemi Covid-19 di Indonesia semakin terkendali. Pada kondisi puncak pandemi di 15 Juli 2021, kasus infeksi baru Covid-19 mencapai 56.757 per hari. Kini, kasus infeksi baru terus bekurang. Data 3 November 2021, kasus infeksi baru tinggal 801 kasus. Lalu, tingkat keterisian tempat tidur di rumah-rumah sakit di Indonesia akibat pasien yang terinfeksi Covid-19 (Bed Occupancy Rate atau BOR) per 1 Oktober 2021, menurut juru bicara pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, Reisa Broto Asmoro, turun menjadi kurang dari 10%. Bahkan beberapa rumah sakit melaporkan sudah tidak lagi merawat pasien Covid-19.  

 

Petilasan Surukubeng

Kondisi yang kondusif ini dimanfaatkan pemerintah untuk memulai kembali kegiatan pariwisata di Indonesia (restart tourism). Namun, hal ini akan sulit jika dijalankan sendiri oleh pemerintah, sehingga perlu juga didukung oleh seluruh pemangku kepentingan di Indonesia. President University (PresUniv) mengambil langkah kongkrit untuk mendukung pemulihan pariwisata Indonesia melalui kegiatan penelitian. Sebagai institusi pendidikan, PresUniv fokus pada pengembangan wisata desa di Indonesia yang potensinya masih sangat besar, tetapi belum banyak diketahui dan dikembangkan.

Penelitian wisata desa ini telah dilakukan oleh tiga dosen Prodi Manajemen, PresUniv, yaitu Filda Rahmiati, BBA., MBA., selaku Ketua Penelitian, yang beranggotakan Grace Amin, S. Psi., M.Psi., Psikolog, dan Hanif Adinugroho Widyanto, S.E., M.M. Untuk mendukung kesuksesan penelitian ini, Filda mengundang salah satu tokoh penggerak desa wisata dari Bali, I Wayan Wardika, dan dosen Prodi Administrasi Bisnis, PresUniv, Felix Goenadhi, S.Psi.,M.Par. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi 2021 yang didanai langsung oleh Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (RISTEK-BRIN), Republik Indonesia.

Filda dan tim memilih Desa Kutu Wetan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, sebagai tempat penelitian sekaligus untuk mengeksplorasi potensi wisata di desa ini. “Kami melihat bahwa desa ini memiliki potensi wisata budaya dan sejarah yang luar biasa, tetapi belum ada yang pernah meneliti. Itu membuat kami tertarik untuk mengembangkan desa wisata di Kutu Wetan ini,” katanya. Selain itu, menurutnya, petilasan Surukubeng yang ada di desa ini, yang menjadi bagian dari sejarah Ponorogo, berpotensi menjadi daya tarik tersendiri bagi Desa Kutu Wetan.

Penelitian ini akan berlangsung selama tiga tahun. Filda menyampaikan bahwa untuk tahun pertama mereka akan mengeksplorasi apa saja yang dapat menjadi potensi pariwisata di Desa Kutu Wetan. Dimulai Selasa (19/10), Filda dan tim selama tiga hari mengawali proses penelitiannya. Selama tiga hari itu mereka melakukan berbagai aktivitas, seperti berjumpa dengan komunitas yang menjaga situs Surukubeng, mengunjungi lokasi, menggali makna sejarah dari adanya tempat tersebut, dan melihat pertunjukan Reog Ponorogo dari Desa Kutu Wetan.

 

Libatkan Warga lewat Sosialiasi

Tidak hanya itu, para dosen peneliti dari PresUniv ini juga mengadakan sosialisasi di Balai Desa yang dihadiri oleh perkumpulan Kelompok Wanita Tani (KWT), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), aparat pemerintahan desa, camat dan kepala desa. Filda bercerita, “Dalam kegiatan ini kami memberikan sedikit gambaran mengenai kelebihan juga kekurangan Desa Kutu Wetan. Melalui kegiatan tersebut, kami berharap warga menyadari bahwa desa sangat berpotensi untuk menjadi desa wisata.”

Filda mengungkapkan bahwa tujuan dari sosialisasi tersebut adalah untuk mengajak masyarakat turut bekerja sama dengan aparat pemerintahan desa serta tim peneliti dalam mengembangkan potensi Kutu Wetan untuk menjadi desa wisata. Oleh sebab itu, pada sosialisasi tersebut, Filda dan tim menjelaskan tentang desa wisata yang nantinya diharapkan dapat menggerakan perekonomian Desa Kutu Wetan, mengurangi pengangguran, meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, dan menjadi desa yang produktif serta inovatif.

Menurut Filda, respon masyarakat Desa Kutu Wetan sangat baik dengan program penelitian mereka ini. Ia berkata, “Sambutan yang luar biasa dari pihak desa membuat kami merasa diterima untuk melakukan penelitian di Desa Kutu Wetan ini. Kebetulan PresUniv adalah institusi pertama yang melakukan penelitian di desa ini, sehingga antusiasme masyarakat sangat tinggi dan semangat untuk mengembangkan desa wisata pun sangat besar.” Filda dan tim bahkan ditemani untuk mengunjungi beberapa lokasi pembuatan produk-produk lokal, seperti tas anyaman, produk makanan olahan, dan yang lainnya. (Silvia Desi Betrice, tim PR. Foto-foto: Filda, Dosen Prodi Manejemen)