Feature


Tanggal Post: 03 Nov 2021

Startup Marketplace B2B untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Ula baru-baru ini menerima pendanaan dari perusahaan investasi milik pendiri Amazon, Jeff Bezos. Tak hanya itu, Tencent juga turut serta.

Startup Ula baru hadir selama 20 bulan di Indonesia, atau beroperasi di masa pandemi Covid-19. Namun, perusahaan ini mengklaim bisnisnya tumbuh 230 kali lipat. Ula sekarang menawarkan lebih dari 6.000 produk dan menarik lebih dari 70.000 kios. Ula juga memiliki tim yang tersebar di tiga negara (katadata.co.id).

Ula bersaing dengan sejumlah startup teknologi lain yang juga menawarkan solusi untuk stocking merchandise di warung makan tradisional dan toko kelontong. Sejumlah pelaku usaha yang menjadi pesaing Ula, antara lain, Mitra Bukalapak, GudangAda, Mitra Tokopedia, dan Warung Pintar.

Berdasarkan situs resminya, Ula menyediakan tiga layanan, yaitu:

  1. Workshop pasar bisnis ke bisnis (B2B): menyediakan produk dengan harga yang diklaim kompetitif.
  2. Program penjualan berbasis komunitas.
  3. Ula Point: menawarkan kepada para pelaku UMKM atau siapapun untuk memanfaatkan ruang kosong yang mereka miliki sebagai tempat pengambilan barang pesanan pelanggan Ula dan menghasilkan uang tambahan

Misi Ula adalah memberdayakan 63 juta UMKM di Indonesia dengan teknologi digital. Ini merupakan salah satu peluang terbesar di Asia Tenggara mengingat UMKM berkontribusi lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia (katadata.co.id).

Pada awal pengembangannya, Ula menyasar kota-kota kecil (tier 2 dan 3) yang berada di wilayah Jawa Timur. Ula sendiri awalnya melakukan private beta (dibuka secara terbatas) yang dimulai di kota Surabaya pada kuartal pertama tahun 2020.

Saat ini sebaran jangkauan Ula di Jawa Timur sudah meliputi wilayah Surabaya, Malang, Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik. Cakupan layanannya sudah mencakup sebagian wilayah Semarang pada Oktober 2021, dan dipastikan akan menjangkau wilayah Jawa Tengah yang lebih luas, sebelum masuk ke Jawa Barat.

Ula tidak memungut biaya apapun untuk warung kelontong yang bergabung sebagai mitra. Upaya monetisasinya diperoleh dari komisi transaksi dan selisih harga dari perusahaan prinsipal (produsen utama barang) yang didistribusikan kepada mitra warung dan toko kelontong di platformnya (id.techinasia.com). (Ruhmaya Nida Wathoni. Infotabel: techcruch.com).