Feature


Tanggal Post: 26 Okt 2021

I Wayan Koster
Sumber: koranjuri.com.

 

Mengawali sambutan ini, mari kita haturkan sesanti angayu bagya, puja pangastuti ke hadapan Ida Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya, kita dapat berkumpul di The Grand Inna Kuta, Bali, dalam acara The Fifth International Conference On Family Business and Entrepreneurship, acara tahunan yang dilaksanakan oleh Fakultas Bisnis President University, bekerja sama dengan Universitas Dhyana Pura, Bali, dan Indonesia Strategic Management Society. Saya juga menyampaikan terima kasih atas undangan untuk membuka acara konferensi internasional di Bali, serta diberi kesempatan untuk menyampaikan pidato pembukaan pada acara yang sangat penting ini.

Tema konferensi ini sangat menarik dan relevan dengan situasi saat ini, yaitu On the Path on Recovery: Leadership, Resilience, and Creativity. Menghadapi dampak pandemi Covid-19, kita dituntut untuk terus mencari jalan guna memulihkan berbagai sektor, termasuk ekonomi. Untuk itu diperlukan kepemimpinan yang kuat serta inovatif dalam membangun ketangguhan ekonomi serta kreativitas dari seluruh komponen. Maka, sangat tepat acara konferensi internasional hari ini mendiskusikan berbagai topik yang relevan dengan menghadirkan pembicara tamu dari berbagai negara, baik dari kalangan akademisi maupun praktisi.

 

Para peserta konferensi yang saya hormati,

Pandemi Covid-19 telah mengubah seluruh aspek tatanan kehidupan, seperti perekonomian, kesehatan, sosial kemasyarakatan, politik, juga kebudayaan. Apalagi sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Kondisi ini memerlukan dukungan serta komitmen kuat, tulus, lurus, dan keluhuran hati dari semua pihak, sesuai dengan swadharma masing-masing. Kita harus tetap semangat dan optimis mencari jalan keluar yang membuka harapan baru. Situasi ini membutuhkan sinergi dan kolaborasi seluruh pengelola pemerintahan dengan satuan

pendidikan, terutama perguruan tinggi.

Konferensi ini dapat menjadi salah satu upaya untuk mencari solusi dalam menghadapi dampak Pandemi Covid-19, terutama di sektor ekonomi. Dari konferensi diharapkan ada rekomendasi konsep pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

Dari sisi ilmiah, pandemi Covid-19 merupakan treatment alami terhadap berbagai sektor, termasuk ekonomi. Jadi, ini merupakan momentum yang tepat bagi akademisi untuk mengkaji dan menganalisis, sehingga menemukan konsep pembangunan ekonomi yang tangguh.

 

Hadirin yang berbahagia,

Pandemi Covid-19 menyebabkan kontraksi ekonomi yang paling dalam terhadap perekonomian Bali, dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Ini karena perekonomian Bali sangat tergantung pada satu sektor, yaitu pariwisata. Sektor ini sangat rentan terhadap perubahan faktor eksternal, seperti gangguan keamanan (bom Bali 1 dan 2), bencana alam (erupsi Gunung Agung), dan bencana non alam (virus SARS, flu burung), dan pandemi Covid-19 yang melanda hampir semua negara di dunia. Kejadian ini mengakibatkan perekonomian Bali terpuruk.

Bertitik tolak dari dinamika tersebut, sudah saatnya Bali menata ulang perekonomiannya, menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali, yakni kembali kepada orisinalitas dan keunggulan sumber daya lokal, meliputi alam, krama, dan kebudayaan Bali, terutama di sektor pertanian, kelautan dan perikanan, dan industri kerajinan rakyat berbasis budaya Bali. Pariwisata diposisikan sebagai sumber tambahan (bonus/benefit) dalam perekonomian Bali, yang harus dikelola agar berpihak terhadap sumber daya lokal Bali.

Selain itu, hendaknya pengembangan perekonomian Bali mengakomodasi perkembangan Iptek, termasuk teknologi digital, yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekonomi kreatif dan digital. Perkembangan Iptek juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian agar lebih berkualitas, bernilai tambah, berdaya saing, dan berkelanjutan.

 

Hadirin yang berbahagia,

Dalam memperkokoh perekonomian Bali, saya sudah menyusun konsep pembangunan EKONOMI KERTHI BALI. Ini merupakan konsep pembangunan ekonomi yang komprehensif guna memperkuat struktur dan fundamental perekonomian Bali berbasis sumber daya lokal, berkualitas, bernilai tambah,  tangguh, berdaya saing, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Konsep ini saya tuangkan dalam buku yang diluncurkan pada Rabu (20/10) lalu.

EKONOMI KERTHI BALI merupakan implementasi visi membangun Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru, yang mengandung makna: “Menjaga Kesucian dan Keharmonisan Alam Bali Beserta Isinya, untuk Mewujudkan Kehidupan Krama Bali yang Sejahtera dan Bahagia, Sakala-Niskala Menuju Kehidupan Krama Bali dan Gumi Bali Sesuai dengan Prinsip Trisakti Bung Karno: Berdaulat Secara Politik, Berdikari Secara Ekonomi, dan Berkepribadian dalam Kebudayaan Melalui Pembangunan Secara Terpola, Menyeluruh, Terencana, Terarah, dan Terintegrasi dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila 1 Juni 1945”.

Visi itu untuk mewujudkan keseimbangan/keharmonisan Alam Bali, Krama Bali dan Kebudayaan Bali sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi, yaitu enam sumber utama kesejahteraan/kebahagiaan kehidupan manusia:

1) Penyucian Jiwa (Atma Kerthi),

2) Penyucian Laut (Segara Kerthi),

3) Penyucian Sumber Air (Danu Kerthi),

4) Penyucian Tumbuh-tumbuhan (Wana Kerthi),

5) Penyucian Manusia (Jana Kerthi), dan

6) Penyucian Alam Semesta (Jagat Kerthi).

 

Para peserta konferensi yang saya hormati,

EKONOMI KERTHI BALI memiliki 6 (enam) Sektor Unggulan sebagai pilar ekonomi Bali, yaitu:

1. Sektor Pertanian dalam arti luas, termasuk peternakan dan perkebunan,

2. Sektor Kelautan/Perikanan,

3. Sektor Industri,

4. Sektor Industri Kecil Menengah (IKM), UMKM dan Koperasi,

5. Sektor Ekonomi Kreatif dan Digital,

6. Sektor Pariwisata.

Enam sektor unggulan ini akan mewujudkan perekonomian Bali yang berkualitas, bernilai tambah, tangguh, berdaya saing, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

Penentuan enam sektor unggulan tersebut didasarkan pada orisinalitas dan keunggulan sumber daya lokal Bali, yang meliputi Alam, Krama, dan Kebudayaan Bali sebagai sumber daya potensial pada sektor pertanian, kelautan/perikanan, dan industri kerajinan rakyat; bukan didasarkan atas besaran (nominal) kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali. Dengan pola pembangunan melalui EKONOMI KERTHI BALI akan terjadi hubungan langsung antar-sektor unggulan, menumbuhkan pusat-pusat perekonomian baru, meningkatkan kapasitas perekonomian, menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali, sehingga secara nyata memberi manfaat bagi peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan Krama Bali secara sakala-niskala. Buku ini menjadi acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam pembangunan perekonomian Bali. Buku ini juga dapat diadopsi oleh daerah lain baik di dalam maupun luar negeri.

Demikianlah sambutan saya. Semoga melalui konferensi internasional ini kita dapat berbagi pengetahuan, kepakaran, pengalaman serta hasil penelitian dalam memperkokoh perekonomian.

Selamat mengikuti konferensi internasional.

Sekian dan terima kasih.

Om shanti, shanti, shanti, om.

Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Rahayu.