Published: 17 Nov 2021

Jumat (12/11), Dr. Jeanne Francoise, dosen Program Studi Hubungan Internasional, President University (PresUniv), menjadi pembicara dalam kuliah umum Warisan Pertahanan (Defense Heritage) dan Pandangan Agama terhadap Defense Heritage. Kuliah umum ini diselenggarakan oleh Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) dan dilakukan secara daring. Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA., dan Ketua Umum PB PMII, Muhammad Abdullah Syukri, juga hadir dalam kuliah umum tersebut.

Jeanne menjelaskan, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) memberikan keleluasaan kepada negara-negara untuk mendefinisikan defense heritage-nya masing-masing. Menurutnya, “Nilai defense heritage tidak harus bersifat universal, namun mendukung kepentingan nasional bangsa yang bersangkutan. Adapun syarat-syarat idealnya, yaitu memiliki narasi sejarah perjuangan bangsa, dikenal oleh masyarakat sekitar, dan apabila mungkin dipreservasi oleh pemerintah.” Jeanne juga mengatakan, jika ingin meneliti defense heritage bisa dari berbagai sudut pandang, karena keberadaanya yang ada di antara ilmu-ilmu lain (multidisiplin), seperti ilmu pertahanan, budaya, politik, bahkan agama.

Lanjut Jeanne, defense heritage di Indonesia tidak hanya berupa benteng, tapi juga dalam bentuk rumah, jalanan, kawasan, atau wilayah, bahkan pesantren. Sebagai contoh, ungkap Jeanne, “Pada November 1945, Pesantren Modern Gontor pernah digunakan sebagai tempat istirahat pasukan Jenderal Sudirman. Pesantren ini juga menjadi gudang logistik sementara pada saat persiapan Tentara Keamanan Rakyat melawan Inggris dan sekutu, yang dikenal dengan Pertempuran Ambarawa,” (Gilang Suryanata, tim PR. Foto: Gilang Suryanata)