Published: 19 Jan 2021

Controversy over the export of lobster seeds has become a polemic in the community. This encourages students of the International Relations Study Program, President University (PresUniv), to hold a webinar entitled "Dampak Ekspor Benih Lobster bagi Laut Indonesia Menurut Greenpeace Indonesia", Friday (15/01). This webinar invited environmental activists as speakers. They are Talida Salma from Ocean Defender Indonesia and Afdillah, Ocean Campaigner at Greenpeace Indonesia

Talida admitted that allowing the re-export of lobster seeds destroys the balance of the marine ecosystem. She said lobster seeds play an important role in ensuring the marine food chain's continuity because they are included as zooplankton that resides in the first layer of the food chain. "If the lobster seeds disappear, the fish in the sea will also disappear," she said. In line with Talida, according to Afdillah, lobster seeds are genetic resources that should be prohibited from being traded. He said, besides destroying the order of the marine ecosystem, the lobster seeds also impact the lives of all living creatures in the long term, including humans. Both agreed that the government needs to ban the export of lobster seeds again and strengthen fishers and lobster cultivation capacity.

This webinar was attended by 140 participants, ranging from high school students, PresUniv students, Bogor Agricultural University (IPB), Jayabaya University, to the general public. Through this event, Dhea Asri Istifari (batch 2017), as the Project Manager of the webinar, hopes that participants can take positive things and be wiser and critical in looking at something not only from the economic perspective but also considering environmental health. (Putri Krisna Paramita, tim PR)

 

 

 

Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional Bahas Dampak Ekspor Benur

 

Kontroversi ekspor ekspor benih lobster (benur) telah menjadi polemik di masyarakat. Hal ini mendorong mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional, President University (PresUniv), untuk menggelar webinar bertajuk “Dampak Ekspor Benih Lobster bagi Laut Indonesia Menurut Greenpeace Indonesia”, Jumat (15/01). Webinar ini mengundang para aktivis lingkungan sebagai pembicara. Mereka adalah Talida Salma dari Ocean Defender Indonesia dan Afdillah, Juru Kampanye Laut Greenpeace Indonesia.

Talida mengakui, diizinkannya kembali ekspor benih merusak keseimbangan ekosistem laut. Katanya, benur berperan penting dalam menjamin kelangsungan rantai makanan laut, karena benur termasuk zooplankton yang berada di lapisan pertama rantai makanan tersebut. "Kalau benurnya hilang, ikan di laut juga ikut hilang," tegasnya. Senada dengan Talida, menurut Afdillah, benur adalah plasmanutfah yang mestinya dilarang untuk diperdagangkan. Ia mengatakan, selain merusak tatanan ekosistem laut, benur juga berdampak pada kehidupan semua makhluk dalam jangka panjang, termasuk manusia. Keduanya sepakat, perlunya pemerintah kembali melarang ekspor benur dan penguatan kapasitas nelayan dan budidaya lobster.

Webinar kali ini dihadiri oleh 140 peserta, mulai dari siswa SMA, mahasiswa PresUniv, Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Jayabaya, hingga masyarakat umum. Melalui acara ini, Dhea Asri Istifari (angkatan 2017) selaku Ketua Panitia webinar berharap, peserta dapat mengambil hal-hal yang positif serta lebih bijak dan kritis dengan tidak hanya selalu melihat sesuatu dari segi ekonomis, namun juga mempertimbangkan kesehatan lingkungan. (Putri Krisna Paramita, tim PR)