Published: 13 Aug 2019

Globalization urges Indonesian people to compete not only with fellow Indonesian but also with foreigners. To face this challenge, the improvement of human resources is needed to be able to compete in the global market. Therefore, the technopark needs to be built.

"Techno Park is an integrated area where there is industry, education, and local government in it. When these three institutions are in one area, information and communication flows will be quicker and efficiently obtained," said Mechanical Engineering lecturer of President University Ir. Nanang Ali Sutisna, M.Eng.

He proposed this idea in the discussion forum held by Jababeka with SITECO, a non-profit association engaged in the field of vocational education from Switzerland at Menara Batavia, Jakarta recently.

In this discussion, he mentioned that the establishment of technopark was the right solution. "This is in line with the Nawacita Jokowi program that wants to build 100 technoparks in Indonesia to reduce unemployment by providing training and education to productive age citizens," he said.

He proposed to build technopark in Industrial Area Jababeka, Cikarang, West Java because this area has the important points that a technopark should has. Such as higher educations like President University dan Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI), local government offices, as well as more than a thousand companies.

Nanang added that the existence of technopark allows research by an educational institution to be directly applied in the industrial world. In addition, Technopark will be a home for start-up companies to develop and be a success. (SL/MF)

 


 

Globalisasi menuntut masyarakat Indonesia untuk mampu bersaing tidak hanya dengan sesama masyarakat Indonesia tetapi juga dengan masyarakat asing. Untuk menghadapi tantangan tersebut, dibutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia agar dapat bersaing di pasar global. Oleh sebab itu, perlu dibentuk techno park.

“Techno Park merupakan suatu kawasan terintegrasi dimana terdapat industri, pendidikan, dan pemerintahan daerah di dalamnya. Saat ketiga lembaga ini berada di satu kawasan, arus informasi dan komunikasi akan lebih cepat dan efisien didapatkan,” ungkap dosen Teknik Mesin President University Ir. Nanang Ali Sutisna, M.Eng.

Usulan ini Ia sampaikan dalam Forum Diskusi Jababeka bersama SITECO, sebuah asosiasi non-profit yang berkutat dalam bidang vocational education dari Swiss di Menara Batavia, Jakarta baru-baru ini.

Dalam diskusi ini, ia menyebutkan bahwa pembentukan Techno Park merupakan solusi yang tepat. “Ini sejalan dengan program Nawacita Jokowi yang ingin membangun 100 techno park di Indonesia untuk mengurangi pengangguran di Indonesia dengan memberikan pelatihan dan pendidikan kepada warga usia produktif,” katanya.

Ia mengusulkan agar salah satu techno park itu dibangun di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Jawa Barat, karena kawasan ini telah memiliki poin-poin penting yang harus dimiliki sebuah Techno Park. Antara lain perguruan tinggi  seperti President University dan Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI), perkantoran pemerintah daerah, serta lebih dari seribu perusahaan.

Nanang menambahkan bahwa adanya techno park memungkinkan suatu hasil penelitian langsung diaplikasikan dalam dunia industri. Selain itu, techno park akan menjadi rumah bagi start-up company untuk berkembang. (SL/MF)