Actual

What's happening in PresUniv


Published: 29 Nov 2017

President University, Cikarang – President University Major Assocation of International Relations (PUMA IR) hosted Prof. Mike Hardy, Executive Director for Centre for Trust, Peace, and Social Relations from Coventry University, UK in a public lecture at Charles Himawan Auditorium, President University (PresUniv) on Wednesday (29/11). Prof. Hardy lectured in a topic about “Muslim Identity in a Turbulence Age: Islamic Extremist and Western Islamophobia”.

Drs. Teuku Rezasyah, MA., Ph.D. (Dean School of Humanities), Dr. Maria Jacinta Arquisola, BA., MHRM. (Director of President Development Centre), Hendra Manurung, S.IP., M.A. (Head of IR Study Programme), Dindin Dimyati, S.Sos., MM. (Head of Communication Study Programme), and approximately 200 students of IR attended the lecture. Bustanul Arifin, BA.IR., MA., one of IR lecturers moderated the lecture.

Teuku Rezasyah opened the public lecture with a statement that the topic of the public lecture is not serious, but very serious. He then added that in PresUniv diversity has never been a boundary for students. It is a strength that university has. He also called students from Sumatra, Java, Borneo, Sulawesi, and Bali to stand up to show Prof. Hardy the diversity that PresUniv has in one room.

“I’m so delighted to come and see PresUniv as an example where diversity is not a boundary. This institution upholds Pancasila and Bhinneka Tunggal Ika’s values and it is amazing,” said Prof. Hardy who has stayed in Indonesia for five years.

Prof. Hardy focuses on human security and specifically living with difference and with inter- and intra-community relations. His particular current interest is in intercultural and interfaith dialogue, social cohesion, and the consequences for domestic communities of state foreign policies.

Tongku Aidil Syahputra, one of the IR students who also attended the lecture said that young generation should be more aware to the movements of these extremists. He also added that from the public lecture he can understand the promotion activities that the extremists are doing (which are filled with protection promises) and how to avoid it.

“I am so grateful that there are no such social gap here in PresUniv. I do hope that all of the students in PresUniv could increase their tolerance toward each others and influence it to the bigger communities,” said Tongku. (AA)


Profesor dari Coventry University Mengunjungi President University: Perbedaan Tidak Menjadi Batasan di Sini

President University, Cikarang – Himpunan Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional (PUMA IR) President University mengadakan sebuah kuliah tamu dengan topik “Identitas Muslim di Era Turbulensi: Islam Ekstrimis dan Islamofobia Barat” di Auditorium Charles Himawan President University (PresUniv) pada Hari Rabu (29/11). Kuliah tamu ini dibawakan oleh Prof. Mike Hardy, Eksekutif Direktur dari Pusat Kepercayaan, Perdamaian, dan Hubungan Sosial dari Coventry University, UK.

Drs. Teuku Rezasyah, MA., Ph.D. (Dekan Fakultas Humaniora), Dr. Maria Jacinta Arquisola, BA., MHRM. (Direktur President Development Centre), Hendra Manurung, S.IP., M.A. (Kepala Program Studi Hubungan Internasional PresUniv), Dindin Dimyati, S.Sos., MM. (Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi PresUniv), dan setidaknya 200 mahasiswa Hubungan Internasional menghadiri acara ini. Bustanul Arifin, BA.IR., MA., salah satu dosen Hubungan Internasional PresUniv, menjadi moderator dalam kuliah tamu ini.

Teuku Rezasyah membuka acara dengan sebuah pernyataan bahwa topik dari kuliah tamu ini tidak serius, namun sangat serius. Ia kemudian menambahkan bahwa di PresUniv, perbedaan tidak pernah menjadi batasan bagi para mahasiswa, justru merupakan sebuah kekuatan yang dimiliki oleh universitas. Ia kemudian memanggil mahasiswa yang berasal dari Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali untuk berdiri, untuk menunjukkan kepada Prof. Hardy perbedaan yang PresUniv miliki dalam sebuah ruangan.

“Saya sangat senang untuk datang dan melihat PresUniv sebagai sebuah contoh di mana perbedaan bukanlah sebuah batasan. Institusi ini memegang teguh nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dan ini luar biasa,” kata Prof. Hardy yang telah tinggal di Indonesia selama lima tahun.

Prof. Hardy berfokus pada keamanan manusia dan secara khusus hidup dengan perbedaan dan dengan hubungan antar dan intra-masyarakat. Minatnya saat ini adalah dialog lintas budaya dan antar agama, kohesi sosial, dan konsekuensi bagi komunitas domestik dari kebijakan luar negeri sebuah negara.

Tongku Aidil Syahputra, salah satu mahasiswa Hubungan Internasional PresUniv yang turut hadir dalam kuliah tamu ini menyatakan bahwa anak muda harus lebih hati-hati terhadap kegerakan kaum ekstrimis. Ia juga menambahkan bahwa dari kuliah tamu ini ia dapat memahami bagaimana kegiatan promosi kaum ekstrimis (yang penuh dengan iming-iming perlindungan) dan bagaimana caranya bagi anak muda agar tidak terjerumus.

“Saya sangat bersyukur tidak ada kesenjangan sosial di PresUniv. Saya berharap semua mahasiswa di PresUniv dapat terus meningkatkan toleransi satu sama lain dan menularkannya kepada komunitas yang lebih besar, pungkas Tongku.