Actual

What's happening in PresUniv


Published: 21 Nov 2017

Cikarang, Indonesia—President University (PresUniv) hosts six international students of Darmasiswa Scholarship program organized by the Ministry of Education and Culture of Republic of Indonesia (Mendikbud) in cooperation with the Ministry of Foreign Affairs of Republic of Indonesia. Students are learning Bahasa Indonesia for one year in the university. Dominique Nicole Portillo (or Nicole), a Salvadoran, is one of the students who are currently studying bahasa Indonesia with five other students in PresUniv since September 2017.

Nicole began her journey when she discovered a scholarship list published by Ministry of Foreign Affair of El Salvador. Due to her interest in language and culture, she chose Darmasiswa Scholarship program, which offer the fields. She chose President University because its full English environment.

“I searched for every university listed in the program, and then I saw President University which use English, so I selected it,” shared Nicole.

The students learn bahasa Indonesia with several socio-cultural activities such as pencak silat (Indonesian traditional martial arts) and traditional dance once a week. Every month, the students have to submit a journal written in bahasa Indonesia to explain everything they have learned and experienced.

“Honestly it (bahasa Indonesia) is easy to learn and very interesting. I like the language because when you pronounce it, it is like Spanish so it is quite easy in some cases,” Nicole explained.

In PresUniv, pencak silat will be introduced as an art performance, not as a competition.

“If you see someone performing pencak silat, you think that they are dancing in such a way, but actually those movements are ways for you to either stop or attack by not punching the attacker. So it is a way for you to defense yourself. The first thing my teacher told me was pencak silat is loved by foreigners and not by the people because it is like an ancient type of martial art that is not appreciated by the new generations. So, what PresUniv does is reminding people that pencak silat can be a very good way for you to learn about self-defense,” stated Nicole.

To introduce more about Indonesia and its culture, students also visited several traditional and cultural places in West Java Province, such as Saung Angklung Udjo in Bandung, Taman Mini Indonesia Indah, and Kota Tua in Jakarta. They also visited a kindergarten in Jakarta to increase the interaction of the students with local society.

According to Nicole, culture can be tradition, the people, the way people act, food, and a lot of things. There was an Indonesian girl who told her that ‘if you don’t eat rice in a day, that means you don’t eat at all’.  That is culture, for her. She also found that friendliness is one of the best characteristics of Indonesian.

“Ever since I arrived in Indonesia, each day has been an adventure for me. I have eaten a lot of spicy food, met lovely people from different cities, moved from one place to another in an angkot (public transportation), walked a lot and even gotten lost. All the things that I have done so far have become topic for conversations with my family and friends back at my home country. One year, to become a better person, to learn a new culture, to learn a new language, to share things from my country to local people and foreigners as well and many more things. I would like to know more about the geography of the country, and the way the islands formed. I had seen some documentaries that show the beauty of the forest and wildlife. It would be very much interesting to see the rivers and volcanoes that make the land very fruitful,” said Nicole.(SL)


Cikarang, Indonesia—President University (PresUniv) menjadi tuan rumah enam siswa internasional program Beasiswa Darmasiswa yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Mendikbud) yang bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Siswa belajar Bahasa Indonesia selama setahun di universitas. Dominique Nicole Portillo dari El Salvador adalah salah satu siswa yang sedang belajar bahasa Indonesia dengan lima siswa lain di PresUniv yang dimulai sejak September 2017.

Nicole memulai perjalanannya ketika ia menemukan daftar beasiswa yang dipublikasikan oleh Kementerian Luar Negeri El Salvador. Karena minatnya terhadap bahasa dan budaya, ia memilih program Beasiswa Darmasiswa yang menawarkan bidang tersebut. Nicole memilih PresUniv karena lingkungannya yang menggunakan bahasa Inggris.

“Saya mencari setiap universitas yang terdapat dalam program tersebut di internet, dan saya melihat PresUniv yang menggunakan bahasa Inggris, jadi saya memilihnya,” ungkap Nicole.

Para siswa belajar bahasa Indonesia dengan beberapa kegiatan socio-cultural seperti pencak silat (Seni bela diri tradisional Indonesia) dan tari tradisional yang diadakan seminggu sekali. Setiap bulan para siswa harus membuat sebuah jurnal yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang menjelaskan semua yang telah dipelajari dan dialami.

“Sejujurnya bahasa Indonesia itu mudah dipelajari dan sangat menarik. Saya menyukai bahasa tersebut karena ketika kita mengucapkannya, seperti bahasa Spanyol, jadi cukup mudah dalam beberapa hal,” jelas Nicole.

Di PresUniv, pencak silat diperkenalkan sebagai pertunjukan seni, bukan sebagai kompetisi.

“Jika kamu melihat seseorang melakukan pencak silat, kamu mungkin berpikir mereka sedang menari sedemikian rupa, tetapi sebenarnya gerakan-gerakan itu adalah cara bagi kamu untuk tetap berhenti atau menyerang tetapi tidak memukul si penyerang. Jadi itu adalah sebuah cara untuk membela diri. Hal pertama yang dikatakan guru saya adalah pencak Sslat itu disukai oleh orang asing dan tidak oleh generasi muda. Jadi, yang dilakukan oleh PresUniv adalah mengingatkan masyarakat bahwa pencak silat dapat menjadi cara yang baik untuk belajar bela diri,” ucap Nicole.

Untuk memperkenalkan lebih jauh mengenai Indonesia dan budayanya, siswa telah mengunjungi beberapa tempat tradisional dan berbudaya di Jawa Barat, seperti Saung Angklung Udjo di Bandung, Taman Mini Indonesia Indah, dan Kota Tua di Jakarta. Mereka juga mengunjungi sebuah taman kanak-kanak di Jakarta untuk meningkatkan interaksi mereka dengan masyarakat lokal.

Menurut Nicole, budaya dapat berupa tradisi, masyarakat dan cara mereka berinteraksi, dan banyak lainnya. Terdapat seorang perempuan Indonesia yang berkata padanya ‘jika kamu tidak makan nasi dalam sehari maka kamu belum makan sama sekali’. Ini merupakan sebuah budaya baginya. Ia menemukan keramahan orang Indonesia sebagai salah satu karakter terbaik yang dimiliki orang Indonesia.

“Sejak saya sampai di Indonesia setiap hari merupakan petualangan bagi saya. Saya telah makan banyak sekali makanan pedas, bertemu orang-orang baik dari berbagai kota, naik angkot, berjalan jauh dan bahkan tersesat. Semua hal yang telah saya lakukan sejauh ini telah menjadi topik pembicaraan dengan keluarga dan teman di negara saya. Satu tahun untuk menjadi pribadi yang lebih baik, untuk belajar budaya baru, bahasa baru, berbagi hal dari negara saya ke masyarakat lokal dan orang asing lain, serta banyak lagi. Saya ingin mengetahui lebih jauh tentang geografi negara ini, dan bagaimana pulau-pulau terbentuk. Saya telah melihat beberapa dokumenter yang memperlihatkan keindahan hutan dan kehidupan liar di Indonesia. Akan menjadi sangat menarik untuk melihat sungai-sungai dan gunung-gunung berapa yang membuat tanahnya begitu subur,” kata Nicole.